JAKARTA - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan bahwa anomali cuaca yang terjadi menjadi penyebab di Indonesia mengalami cuaca ekstrem dalam beberapa pekan terakhir.
BMKG menjelaskan dinamika atmosfer yang tak lazim membuat mundurnya waktu musim kemarau. Ini membuat peningkatan potensi cuaca ekstrem masih terjadi meski sudah memasuki pertengahan tahun.
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, memaparkan masih 30 persen wilayah Indonesia yang memasuki musim kemarau. Padahal, pertengahan tahun biasanya telah mencapai 64 persen wilayah.
Terdapat dua faktor yang membuat musim kemarau tahun ini mengalami kemunduran. Penyebabnya adalah lemahnya Monsun Australia dan tingginya suhu muka laut di selatan Indonesia.
Baca Juga : Cuaca Ekstrem Masih Berpotensi Terjadi di Indonesia, Kepala BMKG Minta Seluruh Pihak Waspada
Selain itu, kondisi semakin buruk karena fenomena atmosfer lainnya, seperti aktifnya Madden-Julian Oscillation (MJO) dan gelombang ekuator Kelvin serta Rossby yang membuat peningkatan potensi hujan.
Dengan kondisi tersebut, Dwikorita Karnawati mengatakan bahwa cuaca ekstrem masih berpotensi terjadi meski Indonesia mulai memasuki musim kemarau. Masyarakat diimbau untuk waspada terhadap hal itu.
"Kami mengajak seluruh masyarakat dan pemangku kepentingan untuk tidak lengah dan selalu waspada terhadap perkembangan cuaca, karena dinamika atmosfer yang terjadi saat ini masih cukup komplesks," tutur Kepala BMKG.
Editor : Khasan Rochmad