Menu
Pencarian

Percepat Turunkan AKI, AKB dan Stunting, Dinkes Jatim Gelar Rakor Bidang Kesehatan

Portaljtv.com - Rabu, 25 Juni 2025 08:30
Percepat Turunkan AKI, AKB dan Stunting, Dinkes Jatim Gelar Rakor Bidang Kesehatan
Kadinkes Jatim Prof. Dr. dr. Erwin Astha Triyono. (Foto: Istimewa)

SURABAYA - Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur (Dinkes Jatim) menggelar Pertemuan Koordinasi Teknis Bidang Kesehatan Masyarakat Provinsi Jawa Timur di Surabaya, pada Senin-Selasa (23-24/6/2025).

Rapat koordinasi dibuka langsung Kepala Dinas Kesehatan Jawa Timur Prof Dr Erwin Astha Triyono. Kegiatan dihadiri Dinkes 38 Kabupaten/Kota.

Dalam sambutannya, Prof Erwin menyampaikan rapat bertujuan untuk meningkatkan koordinasi antara Pemerintah Provinsi dengan Kabupaten/Kota dalam percepatan penurunan Angka Kematian Ibu (AKI)/ Angka Kematian Balita (AKB) dan stunting.

"Berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) Tahun 2024, prevalensi stunting di Jawa Timur sebesar 14,7 persen, lebih rendah jika dibandingkan tahun 2023 yakni 17,7 persen. Angka tersebut juga menduduki peringkat 2 terbaik nasional," ujarnya.

Prof Erwin menyampaikan terima kasih kepada Gubernur Khofifah Indar Parawansa.

"Saya mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Gubernur Khofifah atas bimbingannya selama ini sehingga Jawa Timur berhasil meraih peringkat 2 terbaik nasional dalam menurunkan prevalensi stunting serta berhasil menurunkan AKI/AKB di Jawa Timur pada tahun 2024." ungkap Prof. Erwin.

Prof Erwin menambahkan keberhasilan menurunkan stunting juga berkat Dinkes seluruh daerah di Jawa Timur.

"Tidak lupa, kami juga sampaikan apresiasi dan terima kasih kepada seluruh kabupaten/kota di Jawa Timur atas kinerja terbaik dalam program percepatan penurunan stunting tahun 2024. Harapan selanjutnya adalah menjaga semangat dan komitmen bersama untuk melanjutkan upaya percepatan penurunan stunting di tahun 2025.” tambahnya.

Meski capaian sudah cukup bagus, namun Prof Erwin meminta Dinkes di daerah fokus melakukan pencegahan stunting.

"Berdasarkan analisa capaian intervensi spesifik stunting pada balita, faktor yang mempengaruhi penurunan atau kenaikan angka stunting pada balita belum diketahui secara pasti. Untuk itu, Dinkes kab/kota diharapkan tetap fokus pada prinsip pencegahan stunting, antara lain meningkatkan capaian balita ditimbang di Posyandu setiap bulan 100% setiap bulan, menginput data riil tim dan validasi data capaian program gizi setiap bulan, mengalokasikan anggaran yang cukup untuk program gizi, melakukan upaya Pencegahan dan Percepatan Penurunan Stunting (PPPS) secara konvergen mulai dari tingkat desa serta berkolaborasi dengan stakeholder terkait,” tambahnya.

Sementara itu, berdasarkan data yang diperoleh dari laporan Dinkes kab/kota di wilayah Jawa Timur bahwa AKI di Jawa Timur Tahun 2024, berhasil turun dibanding Tahun 2023 dari 93,34 per 100.000 kelahiran hidup menjadi 82,56 per 100.000 kelahiran hidup. Namun tetap memerlukan upaya percepatan penurunan AKI agar mencapai target nasional 77 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2029.

Sedangkan, untuk tren kematian AKB di Jawa Timur tahun 2024 berhasil turun dibanding Tahun 2023, yakni dari 7,79 per 1.000 kelahiran hidup menjadi 6,72 per 1.000 kelahiran hidup. Namun demikian masih perlu upaya secara maksimal tetap diperlukan untuk mempercepat penurunan AKB di Jawa Timur.

“Salah satu upaya yang perlu dioptimalkan dalam mencegah kematian ibu di Jawa Timur adalah Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K)," jelasnya.

Melalui program ini, lanjutnya, ibu hamil diharapkan di suatu wilayah dapat dilakukan pemetaan secara dini terhadap terjadinya potensi 3 keterlambatan.

"Keterlambatan ke-1 adalah di tingkat masyarakat (menolak pengobatan, menyembunyikan kehamilan, kehamilan tidak diinginkan dll), keterlambatan ke-2 adalah hambatan dalam mengakses pelayanan kesehatan (wilayah terpencil, tidak mempunyai jaminan kesehatan dll), keterlambatan ke-3 adalah ibu hamil risiko tinggi yang harus mendapatkan ANC yang sesuai standar di Fasilitas kesehatan," terang Prof. Erwin.

Program ini diawali dengan pendataan ibu hamil dan pemetaan kondisi ibu hamil. Selanjutnya, dengan kegiatan penempelan stiker P4K untuk pemantauan, pemberian buku KIA untuk sarana edukasi dan melakukan intervensi sesuai dengan 3 jenis potensi keterlambatan tersebut.

"Kegiatan ini bisa dilakukan dengan bekerjasama antara bidan desa dengan Kepala Desa/Kelurahan/RT/RW/Dusun, kader, tokoh agama dan tokoh masyarakat," tambahnya.

Upaya berikutnya untuk menurunkan kematian Ibu adalah dengan meningkatkan capaian KB aktif dan menurunkan angka Drop out peserta KB.

Dinkes Jatim juga telah membuat beberapa inovasi yang bertujuan untuk mencegah kematian Ibu, antara lain aplikasi BUAIAN (Bunda Anak Impian) dan e-DETIK (Deteksi Ibu Hamil Risiko Tinggi). Kedua aplikasi tersebut menggunakan metode self assessment artinya Ibu hamil dapat melakukan skrining secara mandiri terkait kondisi kehamilannya, jika terdeteksi risiko tinggi harapannya secara aktif mendatangi petugas kesehatan untuk diperiksa, setelah itu dilanjutkan dengan pemantauan kondisi kehamilannya setiap minggu secara mandiri dengan mengisikan keluhan yang dirasakan selama kehamilan melalui aplikasi tersebut. Harapannya, pendamping ibu hamil memastikan bahwa jika ada keluhan, maka ibu hamil harus segera dilakukan pemeriksaan kesehatan sehingga tidak terjadi keterlambatan penanganan. Kami berharap, aplikasi tersebut dapat dimanfaatkan oleh semua masyarakat di Jawa Timur.” pungkas Prof. Erwin. (*)

Editor : M Fakhrurrozi





Berita Lain



Berlangganan Newsletter

Berlangganan untuk mendapatkan berita-berita menarik dari PortalJTV.Com.

    Cek di folder inbox atau folder spam. Berhenti berlangganan kapan saja.