SURABAYA - Muayatur duduk di kursi rodanya dengan senyum yang tak lepas dari wajah. Di tengah kesibukan Asrama Haji Embarkasi Surabaya, ia tampak tenang namun penuh semangat. Hari ini, Minggu (11/5), adalah hari yang telah ia tunggu selama 13 tahun lamanya. Hari ini adalah hari ketika mimpinya pergi ke Tanah Suci akhirnya terwujud.
"Alhamdulillah. Saya senang sekali. Doa saya kepingin sampai Makkah dan Madinah terkabul," ujarnya penuh semangat.
Perempuan asal Kabupaten Jember ini adalah penyandang disabilitas tuna daksa. Sejak mengalami kecelakaan yang merenggut salah satu kakinya 13 tahun silam, Muayatur tidak pernah berhenti berharap. Harapan itu sederhana tapi agung, berhaji ke Baitullah.
Sejak itulah ia mulai menabung. Sedikit demi sedikit dari hasil menjahit di rumahnya ia sisihkan. Tahun 2012, dengan bekal tekad dan tabungan yang cukup, ia mendaftar sebagai calon jemaah haji. Butuh 13 tahun lamanya hingga akhirnya ia mendapat panggilan untuk berangkat pada 2025 ini, tergabung dalam Kloter 32 Embarkasi Surabaya. Muayatur mengaku, ini adalah jawaban dari doa yang ia panjatkan dalam tahajudnya.
Baca Juga : Jemaah Haji Asal Sidoarjo Dirampok di Makkah, Uang Rp16 Juta dan 350 Riyal Amblas
"Setiap sholat tahajud, saya berdoa agar diberi kemudahan mewujudkan niat Ibadah ke tanah suci. Niat saya cuma ingin ibadah," terangnya.
Perjalanan ke Tanah Suci ini tidak akan ia jalani sendirian. Muayatur ditemani oleh sepupunya yang siap membantu bila dibutuhkan.
Baca Juga : 26.975 Calon Haji Embarkasi Surabaya Telah Diberangkatkan ke Tanah Suci
Pelaksana Harian Sekretaris PPIH Embarkasi Surabaya, Sugiyo, menegaskan bahwa keterbatasan fisik bukanlah penghalang untuk menjalankan ibadah haji.
“Kondisi tuna daksa tidak menghambat orang untuk beribadah haji. Toh beliau secara fisik dan psikologis dinyatakan sehat. Biasanya mereka juga didampingi oleh keluarga, dan tentu ada pendampingan, akan dibantu oleh petugas selama proses ibadah di Tanah Suci,” jelasnya.
Kisah Muayatur menjadi bukti bahwa keterbatasan bukan halangan, melainkan bagian dari ujian yang bisa dijawab dengan tekad dan kesabaran. Mayatur memang kehilangan kakinya, tapi semangatnya untuk menunaikan rukun Islam kelima tetap utuh, bahkan melampaui batas fisik yang dimilikinya. Dan di antara lautan jemaah haji lainnya, Muayatur akan menjadi satu dari mereka yang paling kuat. Bukan karena tubuhnya, tetapi karena hatinya.(*)
Baca Juga : Satu Jemaah Haji Asal Gubeng Surabaya Wafat di Madinah
Editor : A. Ramadhan