MOJOKERTO - Seniman asal Mojokerto, Abdul Sholik memberikan kado spesial untuk Hari Ulang Tahun (HUT) ke-80 Republik Indonesia. Pria berusia 42 tahun ini menciptakan lagu 'Merah Putih di Dadaku'.
Lagu ini bukan sekadar hiburan, melainkan bentuk penghormatan kepada para leluhur bangsa. Selain itu, karya ini merupakan wujud syukur atas kemerdekaan Indonesia yang kini dinikmati oleh generasi penerus.
Dalam menciptakan lagu ini, Abdul Sholik bersama lokal New Mahkota. Dalam karya ini, pria yang akrab disapa Cah Kebun ini berperan sebagai penata musik (arranger) dan pemain keyboard. Sementara vokalis Sarah Noise, drummer Fais; Pendik (gitar melodi), Totok (bass), dan Dany (backing vocal).
"Tujuan utama lagu ini adalah melanjutkan cita-cita para leluhur dan menjadi sarana rasa syukur kepada Indonesia. Kita ingin bumi Nusantara ini tetap utuh, satu, dan damai selamanya,” ungkap warga Desa Salen, Kecamatan Bangsal, Kabupaten Mojokerto, Sabtu (2/8/2025).
Lagu ini bukan hasil proses instan. Dibutuhkan waktu hampir tiga tahun untuk menyempurnakannya, karena Sholik menciptakannya dengan penuh pertimbangan. Lagu nasionalisme yang dipersembahkan untuk peringatan HUT RI ke 80 berjudul 'Merah Putih di Dadaku' tersebut tidak instan, ia butuh waktu tiga tahun untuk menyempurnakannya.
"Syairnya saya tulis sendiri, malam hari setelah tahajud. Saya tidak ingin asal membuat, karena setiap kata dan nada punya makna. Harus dari hati. Lagu ini tiga tahun baru sempurna, seminggu lalu baru saya uploud di youtube. Belum saya daftarkan lagu ini ke Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) karena keterbatasan biaya, belum ada," katanya.
Namun, karya-karyanya yang telah diunggah di YouTube sejak 2018 sudah mulai mendapat perhatian. Salah satunya video lagu miliknya ditonton lebih dari 52 ribu kali. Meski sehari-hari bekerja sebagai pemborong proyek dan membuka pengobatan alternatif gratis di rumahnya, warisan keluarga turun-temurun, ia tetap meluangkan waktu untuk berkarya di dunia musik.
"Saya punya grup New Mahkota, berdiri sejak tahun 2006. Biasanya tampil dari panggung ke panggung, terutama saat hajatan, acara Agustusan, atau pentas kampung. Kalau sedang manggung, kami selipkan lagu-lagu karya sendiri. Selain untuk promosi, itu juga bukti bahwa Mojokerto punya seniman yang bisa menciptakan lagu," ucapnya.
Sholik menuturkan, ia sudah menciptakan ratusan lagu sejak tahun 2016. Sebagian besar bertema cinta dan kehidupan pribadi, namun lagu berjudul 'Merah Putih di Dadaku' adalah salah satu karya nasionalisme keduanya yang benar-benar ia kemas dengan hati-hati. Karya pertamanya berjudul 'Bumi Majapahit'.
"Lagu itu diambil Gus Barra (Bupati Mojokerto) saat mendaftar di Pilbup pertama bersama Bu Ikfina. Kalau lagu cinta gampang, tapi kalau lagu perjuangan, nasionalisme, saya harus benar-benar hati-hati. Jangan sampai ada kata yang menyinggung, karena ini soal bangsa," tuturnya.
Ia berharap, pemerintah, khususnya Dinas Kebudayaan Kepemudaan, Olahraga dan Pariwisata (Disbudporapar) Kabupaten Mojokerto bisa lebih memperhatikan seniman daerah. Ia berharap ada ruang untuk seniman daerah seperti dirinya agar bisa menyalurkan bakat yang dimiliki.
"Kami butuh ruang, fasilitas, dan dukungan agar bisa terus berkarya dan menginspirasi generasi muda," harapnya. (*)
Editor : M Fakhrurrozi