JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah menyematkan kenaikan pangkat menjadi Jenderal Kehormatan kepada Menteri Pertahanan Prabowo Subianto. Pemberian pangkat istimewa bintang empat tersebut dilakukan dalam Rapat Pimpinan TNI-Polri di Markas Besar TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Rabu (28/2/2024).
“Saya ingin sampaikan, penganugerahan kenaikan pangkat secara istimewa berupa Jenderal TNI Kehormatan kepada Bapak Prabowo Subianto,” kata Jokowi dalam pidatonya.
Prabowo Subianto merupakan calon presiden yang unggul dalam hitung cepat semua lembaga survei. Dalam pilpres, Prabowo bersanding dengan cawapres Gibran Rakabuming Raka, putra sulung Jokowi.
Jokowi mengatakan bahwa penganugerahan tersebut merupakan bentuk penghargaan sekaligus peneguhan untuk berbakti sepenuhnya kepada rakyat, bagsa, dan negara. “Saya ucapkan selamat kepada Bapak Jenderal Prabowo Subianto,” ujar Jokowi.
Lahir di Jakarta, 17 Oktober 1951, Prabowo menjalani karir militer yang cukup panjang. Sebelum itu, anak dari begawan ekonomi Sumitro Djojohadikusumo dan Dora Marie Sigar ini menghabiskan masa kecilnya di luar negeri. Terutama setelah ayahnya melawan pemerintah Presiden Sukarno dengan melibatkan diri dalam Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia di Sumatera Barat.
Prabowo menuntaskan pendidikan menengahnya di Victoria Institution di Kuala Lumpur, Malaysia. Kemudian di Zurich International School di Zurich, Swiss, dan The American School di London, Inggris. Setelah Sukarno jatuh dan orde baru berkuasa dengan naiknya Seharto, keluarga Sumitro kembali ke tanah air. Prabowo pun masuk Akabri (kini Akmil) di Magelang, Jawa Tengah.
Begitu lulus Akabri tahun 1974, Prabowo mengawali karir militernya di TNI Angkatan Darat (AD) pada 1974 sebagai Letnan Dua. Sepanjang 1976 hingga 1985, Prabowo bertugas di Komando Pasukan Sandi Yudha (Kopassandha) yang saat itu merupakan pasukan khusus AD.
Prabowo lantas menjadi salah satu komandan pleton dalam operasi Tim Nanggala di Timor Timor. Dia menjadi komandan pleton termuda di usia 26 tahun. Dia berperan besar dalam memimpin misi penangkapan pemimpin Fretilin dan Perdana Menteri Nicolau dos Reis Lobato.
Pada 1985, Prabowo menjadi wakil komandan Batalyon Infanteri Lintas Udara 328 (Yonif Para Raider 328/Dirgahayu), pasukan para raider di Kostrad. Pada 1991, dia berkantor di Cijantung dengan menjabat kepala staf Brigade Infanteri Lintas Udara 17 (Brigif Para Raider 17/Kujang I). Prabowo, ketika itu letnan kolonel, terlibat operasi pemburuan dan penangkapan pemimpin gerilyawan Fretilin yang kelak menjadi pemimpin Timor Leste setelah merdeka, Xanana Gusmao.
Pada 1993, Prabowo kembali bergabung ke pasukan khusus. Dia menjadi komandan Grup 3/Sandhi Yudha Kopassus. Dia lantas memegang sejumlah tongkat komando di pasukan elit tersebut. Pada 20 Maret 1998 atau beberapa bulan sebelum Reformasi, Prabowo diangkat menjadi Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat atau Pangkostrad. Pengangkatan ini dilakukan sepuluh hari sejak mertuanya, Soeharto, diangkat lagi menjadi presiden oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR).
Setelah orde baru jatuh, Prabowo diselidiki atas dugaan keterlibatannya dalam dugaan pelanggaran HAM berat. Prabowo pun diberhentikan dengan hormat lewat Keppres RI Nomor: 62/ABRI/1998 tertanggal 20 November 1998.
Setelah mengakhiri karirnya di militer, Prabowo menjadi pengusaha dan lantas terjun ke politik. (sof)
Editor : Sofyan Hendra