MAKKAH - Fatimah Zahro, jemaah haji asal Jember dari kloter SUB 31, akhirnya bisa berangkat ke Makkah bersama ibunya yang merupakan lansia disabilitas. Mereka sempat terpisah karena perbedaan syarikah, namun berhasil disatukan kembali berkat kebijakan reunifikasi yang dijalankan Kementerian Agama dan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi.
Peristiwa terjadi Selasa (20/5) pagi saat bus pengangkut jemaah dari Madinah ke Makkah tiba. Fatimah dan suaminya terdaftar di bus nomor 6, sementara ibunya, Junaina, berada di bus nomor 10 karena berbeda syarikah. Menyadari kondisi ibunya yang mengalami gangguan penglihatan akibat diabetes, Fatimah menolak diberangkatkan secara terpisah.
“Saya tidak mau kalau berpisah dengan ibu. Khawatir ibu perlu sesuatu. Alhamdulillah, disetujui untuk berangkat bersama ke Makkah,” ujar Fatimah haru di Hotel Abraj Tabah, Madinah.
Menanggapi laporan itu, Ketua Sektor 2 Madinah segera berkoordinasi dengan pihak syarikah. Nama Fatimah dan ibunya dicabut dari manifest dan diberangkatkan secara khusus. Suaminya tetap berangkat lebih dulu, sementara mereka menyusul dengan dukungan petugas haji.
Baca Juga : Komnas Disabilitas Apresiasi Langkah PPIH Madinah Jaga Jemaah Disabilitas Tetap Bersama Pendamping
Kisah Fatimah merupakan satu dari banyak contoh jemaah yang terpisah akibat kebijakan delapan syarikah yang bertanggung jawab atas layanan haji tahun ini. Ratusan jemaah sempat tidak berangkat bersama rombongannya dan dikumpulkan lebih dulu di hotel transit Diyar Taibah, Madinah.
Kepala Daerah Kerja (Daker) Madinah, M. Lutfi Makki, menyatakan bahwa seluruh jemaah yang sempat terpisah akhirnya berhasil diberangkatkan pada Senin (19/5) malam. Sebanyak 220 jemaah diberangkatkan dengan 13 bus coaster secara bertahap.
Baca Juga : Fatimah Kembali Bersama Ibunya, Berkat Kebijakan Reunifikasi Jemaah Haji
“Ini adalah rombongan terakhir dan semoga tidak ada lagi jemaah terpisah dari rombongan saat pemberangkatan ke Makkah,” kata Makki.
Petugas haji juga menerapkan pendekatan kemanusiaan, terutama bagi jemaah lansia dan disabilitas. Wakil Ketua Komisi Nasional Disabilitas (KND), Deka Kurniawan, mengapresiasi langkah petugas yang berani mengambil keputusan di luar prosedur.
“Petugas berani mencabut jemaah dari manifest dan memisahkannya dari rombongan agar bisa tetap bersama pendampingnya. Ini langkah luar biasa, dan kami beri apresiasi setinggi-tingginya,” kata Deka saat menemui Fatimah dan Junaina.
Baca Juga : 1.674 Calon Jamaah Haji Bojonegoro Sudah Diberangkatkan Ke Asrama Haji Sukolilo Surabaya
Menurut Deka, jemaah dengan disabilitas mental atau lansia dengan demensia rentan mengalami stres jika tidak didampingi. “Ini bukan hanya teknis administratif, tapi bentuk nyata dari empati dan kemanusiaan,” tegasnya.
PPIH juga memetakan ulang hotel-hotel jemaah untuk mengidentifikasi siapa saja yang membutuhkan pendamping sejak sore hari, agar tidak terlambat saat pemberangkatan.
Dengan kebijakan reunifikasi ini, seluruh jemaah yang sebelumnya terpisah kini telah tiba di Makkah. PPIH berharap kebijakan serupa terus diterapkan saat menghadapi puncak haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina. Haji ramah lansia dan disabilitas mulai benar-benar diwujudkan, bukan sekadar slogan.
Baca Juga : Jemaah Haji Satu Kloter Bisa Terpisah, PPIH Siapkan Solusi
Editor : A. Ramadhan