Lagu-lagu dari Indonesia Timur kini bukan lagi sekadar warna lokal. Mereka telah menjadi gelombang besar yang menyapu panggung musik nasional, viral di TikTok, ramai di Spotify, dan disukai lintas generasi. Di tengah ramainya musik pop dan dangdut koplo, irama khas dari Nusa Tenggara, Maluku, hingga Papua justru membawa angin segar. Tapi apa sebenarnya yang membuat lagu-lagu dari Timur Indonesia begitu digemari?
Salah satu kekuatan utama lagu dari Timur adalah karakteristik musiknya yang santai namun menghanyutkan. Dengan perpaduan reggae, pop akustik, dan sentuhan etnik, lagu-lagu seperti Tabola Bale, Stecu Stecu, hingga Pica Pica terasa ringan namun dalam. Instrumen seperti gitar akustik dan ketuk ritmis sederhana membuat musik ini mudah dinikmati dalam berbagai suasana, dari perjalanan jauh hingga nongkrong malam minggu. Tidak hanya itu, harmoni vokal yang kuat dan orisinalitas suara para penyanyi dari Timur memberikan warna tersendiri. Lagu mereka tidak terdengar "diproduksi massal", tapi hadir dari hati.
Jika musik adalah pintu masuk, maka lirik adalah alasan orang bertahan. Lagu dari Timur dikenal dengan lirik yang apa adanya, jujur, dan sangat emosional. Mereka tak segan menyampaikan kerinduan, kesedihan, atau harapan dalam kalimat sederhana namun mengena.
Lebih dari sekadar hiburan, lagu-lagu Timur juga menjadi alat ekspresi budaya dan identitas masyarakat Indonesia Timur. Mereka menyisipkan bahasa daerah, nilai-nilai kekeluargaan, dan semangat gotong royong yang menjadi ciri khas masyarakat di sana. Budaya lokal diangkat tanpa filter, seolah mengajak pendengar untuk ikut merasakan kehidupan sehari-hari mereka. Inilah yang membuat lagu-lagu ini terasa "dekat" bagi siapa saja, meski berasal dari daerah yang jauh.
Tak bisa dipungkiri, peran TikTok, Spotify, dan Instagram Reels sangat besar dalam menyebarkan lagu-lagu Timur. Banyak kreator konten yang menggunakan potongan lagu ini untuk membuat video dance, lipsync, bahkan meme.
Selain itu, para DJ lokal dan musisi remix juga berperan penting membuat versi-versi baru yang catchy dan lebih cepat masuk ke telinga milenial maupun Gen Z. Viralitas ini menunjukkan bahwa musik dari daerah bisa menembus batas selama dikemas secara kreatif.
Dulu dianggap musik daerah, kini lagu dari Timur telah mendapat tempat di hati masyarakat luas. Mereka tidak hanya viral, tetapi juga membentuk narasi baru bahwa musik Indonesia itu beragam, kaya, dan tak harus berasal dari pusat. Ke depan, semoga lebih banyak talenta dari Timur mendapat dukungan, baik dari industri musik maupun pemerintah, agar suara mereka terus menggema, dari kampung hingga ke dunia. (*)
Editor : M Fakhrurrozi