LUMAJANG - Hujan deras di tengah musim kemarau merusak sedikitnya 35 hektar tanaman tembakau di Kabupaten Lumajang. Fenomena kemarau basah ini memaksa petani panen dini dengan harga jual jauh lebih murah.
Samsul Arifin (40), petani Desa Mangunsari, Kecamatan Tekung, mengaku setengah hektar dari total 1,5 hektar lahannya rusak parah.
“Tanaman tembakau saya berusia 50 hari, daunnya layu dan akar membusuk akibat hujan berhari-hari. Kondisi seperti ini mau tidak mau harus dipanen dan dibawa pulang. Masih laku karena dijual lewat mitra, bukan pasar bebas, tetapi kami tidak bisa menentukan harga karena tergantung kebijakan perusahaan. Yang jelas harganya turun jauh, jadi tetap harus dipanen agar paling tidak bisa balik modal sedikit demi sedikit,” keluhnya.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Lumajang, Mami Woroarijati, menjelaskan kerusakan tembakau juga dipicu drainase lahan yang kurang baik.
Baca Juga : Harga Tembakau Turun Drastis, Petani Bondowoso Merugi
“Terkadang petani kurang memperhatikan drainase. Jadi ketika air menggenang, tidak bisa mengalir ke mana-mana, sementara tanaman tembakau memang tidak boleh kelebihan air. Melalui dana DBHCHT, setiap tahun kami mengalokasikan anggaran untuk perbaikan jalan maupun irigasi. Tahun ini ada empat kecamatan yang terdampak, yaitu Tempeh, Tekung, Kunir, dan Yosowilangun,” terangnya.
DKPP akan berkoordinasi dengan aparat terkait untuk membenahi saluran irigasi. Petani juga diminta lebih memperhatikan sistem pembuangan air di lahan agar kerusakan serupa tidak terulang. (Ni Luh Ayu Anggraeni)
Editor : M Fakhrurrozi