BANYUWANGI - Penyebaran penyakit akibat gigitan nyamuk Aedes Aegypti di Banyuwangi tengah mengganas. Tercatat pada periode awal 2025 ini ada puluhan warga yang terjangkit Chikungunya maupun Demam Berdarah Dengue (DBD).
Plt Kepala Dinas Kesehatan Amir Hidayat mengatakan pada bulan Februari ini kasus yang tengah melonjak adalah Chikungnya. Saat ini total ada 40 kasus warga yang terjangkit Chikungunya.
Chikungnya di bulan ini cenderung meningkat. Kasus paling banyak terjadi di Kecamatan Cluring dengan 25 kasus, Srono 9 kasus dan Purwoharjo 6 kasus.
Amir menyebut Chikungnya memiliki fatalitas rendah artinya tidak menyebabkan kematian. Dampak yang ditimbulkan adalah demam disertai nyeri pada bagian sendi. Sebenarnya reaksi yang ditimbulkan dapat sembuh secara mandiri dalam waktu dua pekan.
"Tapi ini juga tetap menjadi perhatian kami dan di tingkat lokal kami sebut ini sebagai kejadian luar biasa (KLB). Puskesmas di wilayah terdampak juga sudah kami minta untuk memberikan penanaganan," terang Amir.
Sementara terkait DBD, kata Amir, pada awal 2025 kasusnya terbilang fluktuatif. Pada bulan Januari tercatat ada 27 kasus, sementara pada Februari cenderung menurun, tercatat hanya 9 kasus. Namun di bulan Februari tercatat ada 1 kasus kematian.
"Sementara untuk kasus DBD banyak terjadi di Kecamatan Banyuwangi, Srono dan Muncar. Bulan ini cenderung menurun tapi ada 1 kasus kematian," tegasnya.
Amir menjelaskan terkait upaya preventif baik chikungunya maupun DBD dapat dicegah melalui pemberantasan sarang nyamuk (PSN). Oleh karenanya ia juga mengimbau masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan dengan cara menggalakan gerakan 3 M.
"Gerakan PSN dan 3M plus akan segera kami lakukan. Masyarakat juga bisa menggunakan abate untuk membunuh vektor nyamuk. Abate dapat didapatkan di Puskesmas secara gratis," tegasnya.
Handoko Khusumo
Editor : JTV Banyuwangi