Fenomena bayi kuning seingkali dianggap biasa-biasa saja oleh masyarakat, tak terkecuali oleh tenaga kesehatan. Memang sebagian besar (>80%) kuning yang terjadi pada bayi yang baru lahir adalah hal yang normal dan bisa membaik dengan sendirinya. Namun, perlu digaris bawahi bahwa tidak semua bayi kuning merupakan hal yang normal. Kuning yang normal pada bayi biasanya terjadi pada usia 2 hari dan menghilang pada usia 2 minggu. Jika bayi masih mengalami kuning setelah usia 2 minggu, maka harus dipastikan bahwa kuning tersebut bukanlah terjadi akibat penyakit gangguan aliran empedu (kolestasis), seperti atresia bilier.
Atresia bilier adalah kondisi terjadinya penyumbatan pada saluran empedu yang berakibat terganggunya aliran empedu. Empedu yang tidak mengalir dengan baik ini akan merusak hati. Proses kerusakan hati akan perlahan terjadi namun pasti dan seringkali terlambat dideteksi. Anak dengan atresia bilier seringkali datang terlambat berobat ke rumah sakit rujukan. Mengapa hal ini terjadi?
Gejala atresia bilier diawali dengan kuning. Pada tahap awal, bayi tidak menunjukkan gejala sakit, hanya tampak kuning saja di bagian putih mata (sklera) dan kulit. Hal ini dianggap wajar oleh orang tua dan tak terkecuali tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan primer karena bayi tidak memiliki keluhan dan bertumbuh dengan baik. Oleh karena itu, tak jarang bayi tersebut disarankan untuk dijemur dan diberikan ASI yang cukup. Namun demikian, bayi yang mengalami kuning hingga lebih dari usia 2 minggu (prolonged jaundice), walaupun bisa disebabkan karena komponen ASI, bukanlah hal yang selalu normal. Deteksi dini dengan pemeriksaan kadar bilirubin darah harus dilakukan untuk memastikan tidak adanya kenaikan kadar bilirubin direk (kolestasis) yang dapat merusak hati dan merupakan tanda awal atresia bilier.
Jika atresia bilier dapat dideteksi lebih awal, maka tindakan pengobatan dapat segera dilakukan untuk menghentikan proses yang dapat menyebabkan kerusakan hati. Deteksi dini atresia bilier semuda mungkin adalah hal yang harus selalu dilakukan pada pelayanan kesehatan sehari-hari. Jika anak dengan atresia bilier datang terlambat, maka tidak banyak yang bisa dilakukan. Keterlambatan mendeteksi atresia bilier menyebabkan kerusakan hati yang irreversibel. Transplantasi hati adalah satu-satunya cara untuk mengembalikan hati yang sudah tidak berfungsi lagi. Namun, lagi lagi di Indonesia hal ini menjadi masalah. Tidak semua center rumah sakit bisa melakukan transplantasi hati. Selain itu, biaya yang dibutuhkan untuk persiapan, dan paska transplantasi hati juga cukup besar. Setelah transplantasi hati pun tidak serta merta hati akan menjalankan fungsinya dengan baik, ada beberapa kondisi yang membuat anak yang menerima hati yang baru harus mengalami kondisi-kondisi medis tertentu, seperti komplikasi akibat pemberian imunosupresan.
Dengan masih terbatasnya transplantasi hati di Indonesia, maka deteksi dini adalah jalan keluar yang paling mungkin untuk menghindarkan anak dari kerusakan hati akibat atresia bilier. Atresia bilier adalah penyakit yang bisa dideteksi secara dini dan bisa mencapai tingkat kesembuhan jika tidak terlambat ditangani. Oleh karena itu, harapan kita adalah menjangkau seluas mungkin hingga seluruh pelosok Indonesia mari kita ganungkan deteksi dini atresia bilier pada bayi. Jangan anggap remeh bayi yang mengalami kuning berkepanjangan (prolonged jaundice). Jika orang tua mendapati bayi yang berusia 2 minggu masih kuning, segera periksakan ke fasilitas kesehatan terdekat. Dan untuk tenaga kesehatan, jika didapati bayi dengan kondisi tersebut, maka jangan ragu untuk melakukan pemeriksaan kadar bilirubin di dalam darah dan pantau secara berkala hingga dipastikan bayi bebas kuning. Selain itu, deteksi dini juga dapat dilakukan dengan memantau warna tinja bayi kuning dengan kartu warna tinja. Jika didapatkan kuning yang disertai warna tinja yang mulai pudar (kategori waspada), maka segeralah periksakan ke fasilitas kesehatan, jangan menunggu warna tinja berubah menjadi lebih putih (kategori tidak normal). Warna tinja yang pudar menandakan adanya hambatan aliran empedu.
Kartu Warna Tinja
Editor : Iwan Iwe