SURABAYA - Kurban Tak Selalu Hewan
Setiap kali momen Hari Raya Idul Adha datang, pembahasan soal kurban biasanya berkutat pada ibadah penyembelihan hewan. Padahal, esensi dari kurban bukan hanya soal wujud fisik yang dikorbankan, tetapi soal nilai rela melepaskan sesuatu yang disukai demi hal yang lebih besar dan lebih baik.
Di era digital seperti sekarang, di mana aktivitas manusia banyak bergeser ke dunia maya, makna kurban perlu dilihat dari sudut yang lebih luas. Kurban tetap penting dalam bentuk fisik, tetapi dalam kehidupan sehari-hari yang sarat teknologi, muncul bentuk-bentuk kurban lain yang juga layak direnungkan.
Kurban dalam Kehidupan Digital Sehari-hari
Kehadiran teknologi memang membawa banyak kemudahan, tetapi juga memunculkan tantangan baru. Waktu yang tersita di depan layar, perhatian yang terbagi karena notifikasi tanpa henti, dan kebiasaan multitasking yang mempengaruhi kualitas hubungan sosial menjadi hal yang lumrah terjadi. Dalam kondisi seperti ini, mengurangi distraksi bisa menjadi bentuk pengorbanan.
Mengelola penggunaan teknologi secara sadar, membatasi akses media sosial di waktu-waktu tertentu, atau menyediakan waktu khusus untuk hadir secara utuh di tengah keluarga dan rekan kerja, adalah bentuk pengorbanan yang kontekstual di era digital. Hal-hal tersebut mungkin tampak kecil, namun memiliki dampak besar dalam menjaga keseimbangan hidup.
Etika dan Tanggung Jawab dalam Sistem Informasi
Di lingkungan kerja, khususnya dalam pengelolaan sistem informasi, kurban bisa dimaknai sebagai kesediaan untuk mengambil keputusan yang tidak selalu mudah.
Misalnya, ketika muncul godaan untuk mengambil jalan pintas demi menyelesaikan proyek dengan cepat, padahal ada risiko keamanan atau etika yang perlu dipertimbangkan.
Menjaga integritas sistem, melindungi kerahasiaan data pengguna, dan membangun sistem yang aman serta andal, seringkali membutuhkan waktu dan sumber daya lebih. Pengambilan keputusan yang tepat dalam situasi seperti ini merupakan bentuk tanggung jawab profesional sekaligus pengorbanan yang tidak selalu terlihat, namun penting untuk jangka panjang.
Memastikan Teknologi Tetap Berpihak pada Manusia
Teknologi tidak pernah sepenuhnya netral. Di balik setiap sistem yang dibangun, selalu ada keputusan dan pertimbangan yang dibuat oleh manusia. Apakah sistem yang dirancang mampu diakses oleh semua pihak, atau hanya bisa dinikmati oleh kelompok tertentu? Apakah efisiensi menjadi satu-satunya ukuran keberhasilan, atau ada pertimbangan inklusivitas di dalamnya?
Saat masih banyak wilayah yang belum mendapatkan akses internet yang memadai, penting untuk memastikan bahwa sistem informasi yang dikembangkan tidak menambah jurang ketimpangan. Kurban dalam hal ini bisa berarti menahan keinginan untuk mengejar popularitas teknologi mutakhir dan menggantinya dengan komitmen untuk membangun sistem yang adil, terbuka, dan menyeluruh.
Refleksi Idul Adha di Tengah Dunia Digital
Idul Adha bisa menjadi momen yang tepat untuk kembali mempertanyakan hal-hal apa saja yang perlu dikorbankan demi kebaikan yang lebih besar? Apakah waktu, perhatian, kenyamanan, atau keputusan yang menguntungkan dalam jangka pendek tetapi berisiko dalam jangka panjang?
Dalam dunia yang semakin terhubung oleh teknologi, semangat pengorbanan tetap relevan. Kurban digital bukan soal mengganti ibadah fisik, melainkan soal memperluas makna bahwa pengorbanan juga bisa terjadi di ruang digital, melalui pilihan sadar yang mengedepankan nilai, etika, dan kepentingan bersama.(*)
Editor : M Fakhrurrozi