SURABAYA - Gaung kreativitas dari generasi muda Indonesia kembali menggema di panggung dunia melalui Ciputra Film Festival (CFF) ke-4 yang resmi dibuka hari ini di Universitas Ciputra Surabaya.
Acara yang akan berlangsung selama 5 hari, dari tanggal 27 hingga 31 Mei 2025 ini mengusung tema besar “Boundless”.
Tema tersebut menekankan semangat kebebasan berekspresi tanpa batas ruang, genre, teknologi, maupun latar belakang budaya. Cerminan tema ini tampak dalam keberagaman film yang ditayangkan, mulai dari film fiksi, dokumenter, eksperimental, hingga karya yang melibatkan kecerdasan buatan (AI) dalam proses produksinya.
Tak sekadar menjadi ajang apresiasi film, CFF juga menjadi panggung internasional bagi sineas muda dan profesional dari berbagai negara untuk merayakan kebebasan berkreasi tanpa sekat budaya dan teknologi.
Festival ini diselenggarakan oleh mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi dan Bisnis Media Universitas Ciputra. Dengan semangat lintas batas yang menjadi identitas tema tahun ini, CFF ke-4 berhasil mencetak sejarah baru. Tahun ini, lebih dari 1.636 film dengan berbagai genre dari 128 negara telah terdaftar, dengan 81 film terpilih untuk ditayangkan di layar lebar. Karya-karya dari Iran, Argentina, India, hingga Nigeria menjadi bukti bahwa sinema telah menjadi bahasa universal yang menyatukan dunia.
Menurut Ketua Pelaksana CFF 2025, Emma Regina, partisipasi peserta tahun ini mengalami lonjakan signifikan.
“Tahun lalu ada sekitar 600 peserta dari film nasional, namun untuk tahun ini pastinya jumlahnya naik jauh dan menjadi 1.636 peserta dari film nasional maupun film internasional yang terdaftar, harapan untuk event kedepannya sukses dan banyak audiens yang datang, sehingga Ciputra Film Festival ini dapat semakin dikenal lagi lebih luas,” ujar Emma.
Hadir dalam pembukaan, Montulz Anto, Staf Khusus Kementerian Komunikasi dan Digital. Ia mengapresiasi inisiatif generasi muda dalam acara ini, yang juga mengangkat isu-isu kekinian, termasuk pemanfaatan teknologi kecerdasan buatan (AI) dalam dunia video dan film.
"Pastinya saya memberikan apresiasi tinggi kepada CFF. Dengan tema Boundless mereka membuka batasan-batasan bahwa suka tidak suka, setuju tidak setuju, kita harus menghargai perkembangan teknologi yang sudah didepan mata dengan adaptasi dan mengadopsi pemanfaatan teknologi tersebut,” ungkapnya.
Selama lima hari ke depan, pengunjung akan disuguhi berbagai kegiatan, mulai dari pemutaran film, diskusi, hingga workshop bersama para pelaku industri perfilman. Festival akan ditutup dengan malam penghargaan yang menjadi puncak perayaan sinema lintas batas.
Dengan skala yang semakin besar dan jaringan kolaborasi yang luas, CFF 2025 tidak hanya memperkuat posisi Indonesia dalam peta festival film internasional, tetapi juga membuktikan bahwa gagasan, ketika didorong oleh semangat anak muda, benar-benar tidak mengenal batas. Dengan semangat Boundless, Ciputra berhasil menciptakan ruang dialog internasional melalui medium sinema. (*)
Editor : A. Ramadhan