MAKKAH - Konsumsi jemaah haji menjadi salah satu fokus perhatian utama pemerintah Indonesia saat puncak ibadah. Di tengah padatnya persiapan pergerakan ke Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna), pemerintah memastikan asupan makanan bergizi tetap terjaga agar jemaah bisa menjalani ibadah dengan optimal.
Jawa Pos melaporkan, Menjelang wukuf di Arafah yang diperkirakan berlangsung pada 5 atau 6 Juni (9 Dzulhijah), lebih dari 1,2 juta porsi makanan siap saji bergizi telah disiapkan untuk jemaah Indonesia. Logistik makanan ini akan didistribusikan kepada 203.320 jemaah selama masa puncak ibadah.
“Kami menyiapkan enam porsi makanan siap saji untuk masing-masing jamaah, jadi totalnya lebih dari 1,2 juta porsi,” ujar Direktur BPKH Limited, Iman Nikmatullah, di Mekah, Selasa (27/5).
BPKH Limited , unit yang ditugaskan Kementerian Agama RI, bertanggung jawab atas pengadaan dan distribusi logistik pangan. Setiap jemaah akan menerima satu kardus berisi enam porsi makanan, terdiri dari dua porsi sarapan dan empat porsi untuk makan siang serta malam. Makanan ini dirancang untuk dikonsumsi pada tiga waktu penting: 7 Dzulhijah (3 Juni), 8 Dzulhijah (4 Juni), dan 13 Dzulhijah (9 Juni).
Iman menjelaskan bahwa lauk-pauk diproduksi di Indonesia menggunakan teknologi retort—pemanasan dengan tekanan dan suhu tinggi—agar tahan lama. Sementara nasi dan nasi uduk diproses di pabrik makanan siap saji milik penyedia layanan haji di Mekah, lalu dikemas ulang dan dikirim ke hotel tempat jemaah menginap.
“Lauknya ada enam jenis, termasuk rendang ayam, rendang daging, dan opor ayam,” kata Imam. “Seluruh menu dirancang dengan citarasa Indonesia yang akrab bagi lidah jemaah.”
Menurut Iman, kandungan gizi dalam makanan ini juga diperhitungkan dengan cermat. “Kita perhatikan juga kandungan karbohidrat dan proteinnya, insyaallah mencukupi untuk kebutuhan gizi jemaah selama masa puncak haji,” tambahnya.
Makanan siap saji ini bisa bertahan hingga 18 bulan tanpa perlu dipanaskan. Namun, untuk nasi, disarankan direndam air panas selama 5–10 menit agar lebih nikmat. Lauknya bisa langsung disantap tanpa pemanasan.
Setiap kemasan dibuat higienis dan kedap udara. Iman mengingatkan agar makanan langsung dikonsumsi setelah dibuka dan tidak disisakan. “Ini demi menjaga kualitas dan keamanan makanan,” tegasnya.
Kemenag dan BPKH juga menyiapkan sistem distribusi ketat agar makanan sampai tepat waktu dan merata ke seluruh jemaah. Di tengah padatnya aktivitas ibadah, makanan bergizi ini menjadi bagian penting untuk menjaga energi jemaah.
“Mudah-mudahan jemaah haji dapat menikmati makanan siap saji ini dengan cara yang sehat, aman, dan tentu saja nikmat seperti seleranya Indonesia,” ujar Imam penuh optimisme.
Pemerintah tak hanya fokus pada kelancaran perjalanan ibadah, tapi juga memastikan asupan nutrisi jemaah terpenuhi. Dalam kondisi fisik yang menuntut seperti di Armuzna, makanan bergizi menjadi penopang utama agar ibadah berjalan lancar hingga selesai. (Dhimas Ginanjar)
Editor : A. Ramadhan