SURABAYA - Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Disperpusip) Provinsi Jawa Timur memamerkan naskah-naskah kuno bagi pengunjung dalam Gebyar Literasi bertajuk “Pesona Literasi Jawa Timur” yang berlangsung sejak tanggal 14 September hingga 12 November 2024.
Naskah-naskah kuno yang dipamerkan di antaranya Serat Pustoko Rojo, Babad Tanah Jawi, Serat Yusuf, Angling Dharma, dan lain-lain.
Naskah-naskah kuno dirawat dan sudah dilestarikan sejak tahun 2019 oleh tim pelestarian Disperpusip. Kebanyakan naskah yang dilestarikan berasal dari Sumenep, Madura dan Probolinggo.
“Kantong-kantong naskah ini kami dapatkan kebanyakan dari pesantren dan beberapa koleksi lainnya juga ada dari Mpu Tantular,” jelas, Muhammad Anshori, tim pelestarian Disperpusip Jawa Timur saat ditemui di ruang pameran naskah, Selasa (08/10/24)
Baca Juga : Naskah Kuno Primbon Tengger Resmi Dapatkan Sertifikat IKON 2024, Langkah Menuju Pengakuan Internasional
Dalam menjaga kelestarian naskah kuno, tim pelestarian melibatkan berbagai pihak, baik internal maupun eksternal. Seperti bekerja sama dengan dinas perpustakaan dan kearsipan kabupaten/kota.
“Kami juga berkolaborasi dengan pondok pesantren sebagai pemilik naskah kuno yang bisa dibilang paling banyak di Jawa Timur,” tambahnya.
Berkat pelestarian naskah kuno, Disperpusip juga telah mendapat penghargaan tingkat nasional dan internasional.
Baca Juga : Mengintip Pelestarian Naskah Kuno dalam Gebyar Literasi Disperpusip Jatim
Tahun ini, ada dua naskah yang telah mendapatkan penghargaan IKON (Ingatan Koleksi Nasional) yaitu naskah “Primbon” dari Tengger, Probolinggo dan “Sri Tanjung” dari Banyuwangi.
Proses pelestarian naskah kuno ini tidak hanya sekadar penyimpanan dalam bentuk fisik, tetapi juga melibatkan metode alih media atau digitalisasi.
“Kami berkoordinasi dengan pihak pemilik naskah untuk memastikan apakah naskah bisa dialihmediakan atau tidak. Jika kondisinya rusak parah, kami melakukan restorasi terlebih dahulu sebelum digitalisasi,” jelas Aan, panggilan akrabnya.
Metode perawatan naskah kuno ini juga dilakukan dengan cara modern maupun tradisional, tergantung dari jenis kertasnya.
Selain penyimpanan di kotak khusus atau biasa disebut dengan “portepel” lalu didalamnya diberi silica gel, beberapa cara tradisional seperti cengkeh dan bahan-bahan rempah lainnya digunakan untuk menjaga keutuhan tulisan.
Khusus untuk naskah yang berbahan dari daun lontar biasanya menggunakan minyak kemiri agar bisa mempercerah atau mempertebal tulisan pada naskah.
Karena naskah pada umumnya berusia kisaran lebih dari 50 tahun, kertas dari naskah-naskah kuno tersebut memiliki tingkat keasaman yang tinggi sehingga setiap penanganannya memerlukan kehati-hatian, termasuk penggunaan sarung tangan saat ingin memegang naskah.
Kegiatan Gebyar Literasi yang digelar oleh Dinas Perpustakaan dan Arsip Provinsi Jawa Timur bukan hanya menjadi ajang memperkenalkan literasi modern kepada masyarakat, tetapi juga sebagai ruang untuk merayakan keberagaman dan kekayaan literasi kuno Indonesia khususnya di Provinsi Jawa Timur.
Dengan adanya kolaborasi dari berbagai pihak dalam pelestarian naskah kuno, diharapkan naskah-naskah kuno yang masih tersembunyi di pesantren dan lembaga-lembaga lokal dapat lebih dikenal dan dilestarikan untuk warisan generasi mendatang.
Editor : A.M Azany