Tingkat literasi di Indonesia masih tergolong rendah dibanding sejumlah negara lain di kawasan Asia. Berbagai survei internasional, termasuk Programme for International Student Assessment (PISA), menunjukkan kemampuan membaca, menulis, dan memahami informasi siswa Indonesia berada di bawah rata-rata global.
Salah satu faktor utama adalah masih rendahnya minat baca masyarakat. Data dari UNESCO pernah mencatat, hanya satu dari seribu orang Indonesia yang memiliki kebiasaan membaca. Kondisi ini diperparah dengan dominasi penggunaan gawai yang lebih banyak dimanfaatkan untuk hiburan ketimbang mengakses bacaan berkualitas.
Selain itu, keterbatasan akses terhadap bahan bacaan juga menjadi kendala. Di banyak daerah, perpustakaan belum merata, sementara buku-buku berkualitas sering sulit dijangkau karena harga relatif mahal.
Di sisi kebijakan, Indonesia memang sudah membebaskan buku pelajaran, kitab suci, dan buku agama dari Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Namun, buku non-pelajaran seperti novel, komik, dan bacaan umum lainnya masih kerap terbebani biaya tambahan yang membuat harganya kurang terjangkau khusus nya untuk anak-anak yang harusnya sejak kecil di kenalkan akan buku justru banyak yang terkendala mahal nya harga buku.
Hal ini berbeda dengan sejumlah negara lain yang justru menghapus pajak buku sepenuhnya, seperti Malaysia, Inggris, dan Norwegia. Kebijakan tersebut diambil agar harga buku lebih murah, sehingga masyarakat bisa mengakses bacaan tanpa hambatan biaya dan budaya literasi tetap terjaga.
Dari sisi pendidikan, metode pembelajaran yang masih berorientasi pada hafalan dinilai turut menghambat perkembangan literasi. Guru sering terbebani kurikulum padat sehingga tidak fokus menumbuhkan budaya membaca kritis pada siswa.
Pemerintah sebenarnya telah mendorong program Gerakan Literasi Nasional, penyediaan perpustakaan digital, hingga distribusi buku ke daerah tertinggal. Namun, tanpa dukungan keluarga, sekolah, dan lingkungan masyarakat, upaya tersebut sulit berjalan maksimal.
Para pakar menilai, literasi bukan sekadar bisa membaca dan menulis, tetapi juga kemampuan memahami, menganalisis, dan menggunakan informasi dalam kehidupan sehari-hari. Rendahnya literasi akan berdampak panjang pada kualitas sumber daya manusia, daya saing bangsa, hingga produktivitas ekonomi. (Fadillah Putri Pri Utari)
Editor : M Fakhrurrozi