MADINAH - Tingginya kebutuhan jemaah haji lansia dan kelompok risiko tinggi tahun ini mendorong munculnya inisiatif kebijakan dari daerah. Pemerintah Kabupaten Gresik, misalnya, mempertimbangkan alokasi APBD untuk memberikan subsidi jasa pendorong kursi roda dan menambah petugas medis.
Jawa Pos melaporkan, usulan itu dilontarkan oleh Bupati Gresik, Fandi Akhmad Yani atau Gus Yani yang bertugas sebagai Petugas Haji Daerah (PHD) bersama Jemaah Haji asal Gresik.
“Kami ingin mengupayakan agar ke depan, layanan pendorong kursi roda bisa disubsidi lewat APBD. Ini penting, terutama bagi jemaah lansia dan yang membutuhkan bantuan khusus,” ujar Gus Yani saat ditemui di Madinah, Rabu (15/5).
Jumlah jemaah haji asal Gresik tahun ini mencapai 2.139 orang. Sebagian besar termasuk kategori lansia dan risiko tinggi (risti) yang memerlukan pendampingan ekstra. Gus Yani melihat langsung kebutuhan khusus para lansia selama menjalani ibadah haji, terutama saat thawaf dan sai di Masjidil Haram.
Untuk diketahui, biaya sewa kursi roda atau skuter di Masjidil Haram mencapai SAR 250 (sekitar Rp 1,1 juta) untuk thawaf dan sai sebelum wukuf. Setelah wukuf, tarif naik menjadi SAR 500 hingga 600 (sekitar Rp 2,2–2,7 juta). Gus Yani menegaskan, kebijakan semacam ini bisa diwujudkan dengan kolaborasi antardaerah dan lintas instansi.
“Tidak harus hanya dari pemda. Kita bisa libatkan Baznas, CSR, dan dukungan swasta. Yang penting layanan kepada jemaah harus maksimal,” ujarnya.
Selain subsidi kursi roda, Gus Yani juga mengusulkan penambahan tenaga medis yang dibiayai dari APBD. Ia menilai petugas kesehatan kloter kerap kewalahan menangani jemaah risti di lapangan.
“Saya melihat langsung, banyak jemaah lansia yang memerlukan bantuan lebih. Dengan tambahan petugas medis, respons akan lebih cepat dan menyeluruh,” imbuhnya.
Gus Yani menganggap perannya sebagai PHD memberi kesempatan untuk mendengar langsung keluhan jemaah. Hal ini akan menjadi bahan evaluasi dan dasar pengambilan kebijakan di daerah.
“Saya bisa mendengar langsung keluhan dan kebutuhan mereka. Ini yang ingin kami jadikan masukan untuk kebijakan ke depan. Nanti akan kami bicarakan dengan DPRD,” ujarnya. Ia berharap langkah ini bisa menjadi contoh bagi daerah lain untuk lebih memperhatikan kebutuhan jemaah haji lansia.
Lansia menjadi perhatian utama dalam pelaksanaan haji tahun ini. Kementerian Agama mencatat, dari 101.678 jemaah haji yang sudah tiba di Tanah Suci, sebanyak 21.930 orang atau 21,56 persen merupakan jemaah lansia. Mereka sangat rentan terhadap kondisi cuaca ekstrem sehingga perlu penanganan khusus.
The Weather Channel menyebut, suhu di Makkah pada Jumat (16/5) mencapai 42 derajat Celsius dengan kelembapan 11 persen dan indeks UV di level ekstrem. Di Madinah, suhu menyentuh 41 derajat Celsius dengan kelembapan 10 persen dan angin bertiup lebih kencang.
Petugas haji terus mengimbau jemaah agar menjaga kondisi fisik dengan banyak minum air, tidak terpapar matahari langsung, dan beristirahat di tempat berpendingin udara. Hingga hari ini, tercatat 17 jemaah wafat, terdiri dari 11 laki-laki dan 6 perempuan. Sebagian besar merupakan lansia dengan penyakit penyerta.
Sementara itu, proses kedatangan jemaah masih berlangsung. Fokus saat ini adalah memastikan pemindahan dari Madinah ke Makkah berjalan lancar dan jemaah siap menjalani ibadah inti haji dalam beberapa pekan ke depan. (Dhimas Ginanjar)
Editor : A. Ramadhan