NGAWI - Di tengah geliat pembangunan dan bantuan sosial yang digulirkan pemerintah, masih ada warga di Kabupaten Ngawi yang hidup dalam kondisi memprihatinkan. Salah satunya adalah Sri Widati (66 tahun), warga Dusun Beran, Kecamatan/Kabupaten Ngawi.
Sri Widati tinggal bersama anaknya di rumah tua peninggalan orang tuanya. Kondisi bangunan sangat tidak layak untuk dihuni. Lantai rumah masih berupa tanah, sementara dindingnya terbuat dari bambu dan kayu lapuk yang telah banyak berlubang. Beberapa bagian dinding ditutup menggunakan banner bekas. Atap genteng pun sudah rusak parah, dan hanya ditambal dengan seng yang juga merupakan bantuan warga sekitar.
Anaknya tidur di dapur, memanfaatkan beberapa potongan kain dan banner sebagai sekat kamar. Yang lebih menyedihkan, keluarga ini tidak memiliki kamar mandi dan sanitasi layak, bahkan tidak ada jamban.
“Kalau hujan deras, biasanya air masuk dari atap, jadi harus pakai baskom-baskom,” ujar Sri Widati lirih.
Baca Juga : RS Surabaya Medical Service Bantu Biaya Pengobatan Warga Miskin
Dahulu, Sri sempat merantau dan bekerja di Jakarta. Namun karena usia dan keterbatasan ekonomi, ia pulang kembali ke kampung halaman dan menempati rumah warisan orang tuanya.
Untuk mencukupi kebutuhan hidup, ia hanya mengandalkan penghasilan anaknya sebagai tukang pijat—yang penghasilannya tak menentu—serta bantuan tunai dari pemerintah.
Kondisi seperti ini menjadi potret nyata kemiskinan ekstrem yang masih dijumpai di Ngawi. Berdasarkan data, angka kemiskinan di Kabupaten Ngawi mencapai 13,81 persen, atau sekitar 116.470 jiwa.
Baca Juga : Pengakuan PRT di Sidoarjo: 2 Tahun Saya Tidak Menerima Bantuan Pangan Non-Tunai
Pemerintah daerah dan pihak terkait diharapkan bisa memberikan perhatian khusus dan aksi nyata bagi warga seperti Sri Widati, agar bisa hidup lebih layak, sehat, dan bermartabat.
Editor : JTV Madiun