MADINAH - Kondisi di sekitar Masjid Nabawi semakin padat seiring bertambahnya jumlah jemaah haji yang datang dari berbagai negara, termasuk Indonesia. Hingga Kamis (8/5/2025), tercatat 48.628 jemaah calon haji Indonesia telah tiba di Madinah. Jumlah tersebut akan terus bertambah, seiring kedatangan kloter-kloter berikutnya.

Padatnya jemaah membuat risiko tersesat atau kelelahan cukup tinggi, terutama bagi jemaah lanjut usia atau yang baru pertama kali menginjakkan kaki di Tanah Suci.Keramaian ini membuat risiko kejadian seperti tersesat menjadi hal yang cukup sering terjadi, terutama saat waktu-waktu salat berjamaah. Jemaah lanjut usia dan yang baru pertama kali beribadah ke Tanah Suci menjadi kelompok paling rentan mengalami kejadian semacam ini di tengah lautan manusia.

Untuk mengantisipasi risiko tersebut, petugas haji Indonesia telah disiagakan di lima pos layanan yang tersebar di titik-titik strategis di sekitar masjid. Kelima pos ini beroperasi 24 jam dan menjadi pusat bantuan bagi jemaah yang mengalami kebingungan arah, kehilangan barang, atau membutuhkan bantuan lainnya selama beribadah di kawasan Masjid Nabawi.

Kepala Sektor Khusus Masjid Nabawi, Surnadi, di tiap pos, dua hingga tiga petugas siap membantu jemaah yang tersesat, kelelahan, atau mengalami kesulitan lainnya. Petugas juga membantu mengantarkan jemaah kembali ke hotel, jika diperlukan.

Baca Juga :   Petugas Haji Siaga 24 Jam di Masjid Nabawi, Siap Bantu Kesulitan Jemaah Haji Indonesia

“Pos-pos ini menjadi tempat pertama yang bisa dituju jika jemaah bingung mencari jalan kembali ke hotel atau kehilangan barang,” ujar Surnadi.

Kelima pos tersebut tersebar di titik-titik strategis:

Pos 1: sekitar pintu 332–338

Baca Juga :   Bunga Mawar dan Shalawat Badar Sambut Kloter Pertama Jemaah Haji Indonesia di Madinah

Pos 2: pintu 326–328

Pos 3: pintu 310–315

Pos 4: pintu 305–308

Pos 5: pintu masuk Raudhah

Para petugas yang berjaga tak hanya memberikan arahan atau mencari ID card jemaah yang tersesat. Mereka juga menyediakan sandal cadangan bagi jemaah yang kehilangan alas kaki, serta snack dan air minum, khususnya setelah salat Subuh saat banyak jemaah datang sejak dini hari tanpa sempat sarapan.

Layanan ini sangat penting, terutama mengingat suhu Madinah yang bisa mencapai 34°C hingga 41°Cdengan kelembapan rendah. Dalam kondisi ini, risiko dehidrasi dan kelelahan meningkat, khususnya bagi lansia.

Untuk menjaga kesinambungan layanan, para petugas bekerja secara shift, sehingga pos bantuan tidak pernah kosong. Kehadiran mereka di sekitar Masjid Nabawi tidak hanya menghadirkan rasa aman, tetapi juga kenyamanan emosional bagi jemaah Indonesia.

"Kami ingin jemaah tidak panik jika mengalami masalah. Cukup cari pos sektor khusus terdekat, kami siap membantu,” tambah Surnadi.

Dengan sistem layanan yang sigap dan sentuhan kemanusiaan yang tulus, Masjid Nabawi bukan hanya menjadi tempat ibadah suci, tetapi juga ruang yang aman dan ramah bagi jemaah haji Indonesia. (Dhimas Ginanjar)