Pilkada 2024 menjadi momentum penting bagi Jawa Timur untuk memilih pemimpin yang mampu menghadapi tantangan masa kini dan masa depan. Di tengah dinamika sosial-ekonomi yang terus berkembang, Jawa Timur membutuhkan sosok yang tidak hanya memiliki visi besar tetapi juga kemampuan eksekusi nyata untuk membawa perubahan. Tantangan seperti ketimpangan ekonomi, persoalan infrastruktur, dan kualitas pendidikan akan menjadi penentu arah masa depan provinsi ini dalam lima tahun ke depan.
Dengan populasi lebih dari 40 juta jiwa dan kekayaan sumber daya alam yang melimpah, Jawa Timur menyimpan potensi besar yang belum sepenuhnya tergali. Namun, potensi ini akan sia-sia tanpa kepemimpinan yang tepat. Pertanyaannya, pemimpin seperti apa yang mampu menggerakkan Jawa Timur menjadi lebih maju dan sejahtera? Di tengah persaingan politik yang semakin ketat, publik menanti sosok yang mampu membawa terobosan serta memenuhi kebutuhan masyarakat dengan kebijakan yang berpihak pada rakyat.
Sebagai salah satu motor penggerak ekonomi Indonesia, Jawa Timur tidak hanya menawarkan potensi besar, tetapi juga memiliki tantangan kompleks. Di balik gemerlap kota besar seperti Surabaya dan Malang, masih ada wilayah yang bergulat dengan kesenjangan sosial, masalah infrastruktur, dan keterbatasan akses layanan dasar. Tantangan ini bukan sekadar angka di atas kertas, melainkan realitas sehari-hari yang dialami masyarakat.
Ketimpangan infrastruktur antara perkotaan dan pedesaan, akses layanan kesehatan, serta ketimpangan sosial masih menjadi tantangan besar bagi Jawa Timur. Di kota besar seperti Surabaya dan Malang, infrastruktur yang memadai mendukung pertumbuhan ekonomi dan akses layanan publik. Namun, daerah terpencil seperti Trenggalek dan Ponorogo masih terkendala oleh infrastruktur yang buruk, seperti jalan rusak, keterbatasan akses air bersih, dan listrik, yang menghambat kesejahteraan masyarakat. Tantangan serupa juga muncul dalam layanan kesehatan, di mana warga di wilayah terpencil seperti Madura sering kesulitan mendapatkan layanan medis berkualitas karena keterbatasan fasilitas dan jarak. Masalah gizi dan kesehatan anak, termasuk stunting, menjadi isu mendesak, terutama di wilayah yang kurang memiliki akses layanan dan anak yang optimal.
Baca Juga : Ini kata pengamat Soal Risma Bangun Terowongan Trenggalek ke Tulungagung
Untuk mengatasi masalah ini, dibutuhkan kebijakan pembangunan sosial yang mencakup peningkatan akses kesehatan, pemerataan infrastruktur, dan pengentasan ketimpangan sosial melalui pemberdayaan ekonomi. Sinergi antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta sangat penting dalam menciptakan pembangunan yang berkelanjutan dan merata di seluruh Jawa Timur.
Lantas, Bagaimana Kriteria Pemimpin yang Dibutuhkan Jawa Timur?
Pemimpin yang dibutuhkan oleh Jawa Timur adalah sosok yang memiliki sejumlah kualitas dan karakteristik penting, yang mampu menciptakan perubahan signifikan dalam pembangunan daerah. Sosok seperti Khofifah Indar Parawansa, Tri Rismaharini, dan Luluk Nur Hamidah dapat menjadi referensi untuk memahami kualitas kepemimpinan yang dibutuhkan, yaitu integritas, keberpihakan pada masyarakat, kemampuan manajerial, dan visi jangka panjang.
Baca Juga : Sekjen PDI Perjuangan Optimis Risma-Gus Hans Menang di Pilgub Jatim
Integritas Tinggi
Pemimpin harus memiliki integritas tinggi untuk membangun kepercayaan publik dan menjalankan tugasnya dengan jujur dan transparan. Integritas ini memastikan bahwa setiap kebijakan dan keputusan diambil berdasarkan kepentingan rakyat, bukan keuntungan pribadi atau kelompok tertentu.
Contoh nyata: Khofifah dikenal sebagai sosok yang konsisten memperjuangkan kesejahteraan sosial sejak menjabat sebagai Menteri Sosial, dengan komitmen yang kuat untuk membantu masyarakat miskin dan rentan. Integritasnya tercermin dalam kebijakan-kebijakan yang menempatkan kepentingan rakyat di atas segalanya.
Baca Juga : Bertemu Komunitas Proklamator Desa di Mojokerto, Risma Beberkan Gaya Kepemimpinannya
Keberpihakan pada Masyarakat
Pemimpin harus menunjukkan keberpihakan nyata terhadap masyarakat, terutama kelompok rentan dan kurang mampu. Kebijakan yang diambil harus berfokus pada upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat, mengurangi kemiskinan, dan menyediakan layanan dasar seperti kesehatan, pendidikan, dan perumahan yang layak.
Contoh nyata: Risma, selama menjabat sebagai Wali Kota Surabaya, menunjukkan keberpihakan pada masyarakat dengan program sosial seperti perbaikan permukiman kumuh, pembangunan taman kota, dan pusat pelayanan masyarakat yang membantu meningkatkan kualitas hidup warga. Ia juga turun langsung menangani masalah sosial seperti kemiskinan dan kesehatan.
Baca Juga : Bertemu Risma, Buruh Tani Miskin di Pelosok Sampang Ini Menangis Bahagia
Kemampuan Manajerial yang Kuat
Pemimpin dengan kemampuan manajerial yang kuat mampu mengelola sumber daya daerah secara efisien dan efektif. Ini mencakup pengelolaan anggaran, peningkatan pelayanan publik, dan koordinasi antarinstansi agar program berjalan sesuai rencana dan mencapai target.
Contoh nyata: Khofifah sebagai Gubernur Jawa Timur menunjukkan kemampuan manajerialnya dengan mengoptimalkan program pemberdayaan ekonomi melalui peningkatan UMKM dan pengembangan sektor unggulan. Selain itu, ia berhasil mengelola penanganan pandemi COVID-19 di provinsi tersebut dengan pendekatan yang terukur dan kolaboratif.
Baca Juga : Hadiri Dies Natalis ke-64, Tri Rismaharini Disebut Produk Asli ITS yang Mampu Ubah Surabaya Jadi Lebih Baik
Visi Jangka Panjang untuk Pembangunan Daerah
Pemimpin yang dibutuhkan adalah mereka yang memiliki visi jangka panjang untuk mengatasi tantangan masa depan serta menciptakan peluang baru bagi masyarakat. Visi ini harus mencakup aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan, serta mampu memandu kebijakan pembangunan yang berkelanjutan.
Contoh nyata: Luluk, sebagai anggota DPR, memperjuangkan isu lingkungan dan pemberdayaan perempuan dengan fokus pada pembangunan berkelanjutan. Visi jangka panjangnya dalam menjaga kelestarian lingkungan dan meningkatkan peran perempuan dalam pembangunan ekonomi dapat menjadi inspirasi bagi pemimpin yang ingin membangun Jawa Timur secara holistik.
Jelang Pilkada 2024, Jawa Timur di Persimpangan Penting
Menjelang Pilkada 2024, Jawa Timur berada di persimpangan penting untuk menentukan masa depannya. Pilihan pemimpin yang tepat akan menjadi kunci dalam mengatasi tantangan sosial, ekonomi, dan kesehatan yang dihadapi provinsi ini. Pemimpin yang dibutuhkan adalah sosok yang memiliki integritas tinggi, keberpihakan pada rakyat, kemampuan manajerial yang handal, serta visi jangka panjang berorientasi pada pembangunan berkelanjutan.
Sosok seperti Khofifah, Risma, atau Luluk menunjukkan bahwa karakteristik tersebut bukan sekadar retorika, melainkan diwujudkan melalui kerja nyata dan komitmen tulus. Kini, masyarakat Jawa Timur dihadapkan pada pilihan yang akan menentukan apakah daerah ini mampu terus bergerak maju dan menghadirkan kesejahteraan bagi semua lapisan masyarakat. Dengan memilih pemimpin yang benar-benar memahami kebutuhan daerah dan berani mengambil langkah strategis, Jawa Timur dapat menatap masa depan dengan optimisme dan harapan baru. (*)
*) Nia Putri Agung, mahasiswi UNESA yang penuh semangat dan suka berinteraksi dengan semua orang. Selalu bermimpi untuk mempunyai bisnis kos-kosan di area Surabaya.
Editor : Iwan Iwe