JEMBER - Menjelang Natal dan Tahun Baru, harga cabai rawit merah di tingkat petani terus merangkak naik hingga menembus Rp60 ribu per kilogram. Kenaikan harga ini dipicu oleh berbagai faktor, mulai dari cuaca ekstrem, serangan penyakit tanaman, hingga maraknya pencurian di lahan.
Berdasarkan pantauan portaljtv.com di Dusun Banjarejo, Desa Gunungsari, Kecamatan Umbulsari, Kabupaten Jember, seorang petani melakukan langkah kreatif dengan menanam cabai rawit di sela-sela tanaman jeruk miliknya.
"Petani melakukan langkah kreatif untuk mendapatkan pendapatan dengan menanam cabai disela-sela tanaman jeruk. Dengan luas lahan sekitar setengah hektare, area tersebut mampu menampung sekitar 1.000 batang cabai rawit," ujar Ika Nurshofiah.
Cara ini, lanjutnya, dinilai menguntungkan. Selain menjadi sumber biaya kebutuhan sehari-hari, hasil panen cabai juga dimanfaatkan untuk menambah biaya perawatan pohon jeruk, yang dikenal membutuhkan investasi pemeliharaan cukup tinggi.
Ika Nurshofiah menjelaskan tanaman jeruk yang dimilikinya saat ini masih berusia 1,5 tahun sehingga belum bisa dipanen. Sambil menunggu jeruk berbuah, area kosong di bawah pohon jeruk dimanfaatkan untuk menanam cabai rawit varietas ori.
“Umur cabai ini sekitar satu bulan sudah mulai berbuah dan sekarang sudah panen tiga kali. Panen pertama 6 kilogram, kedua 8 kilogram, ketiga 12 kilogram. Harga jualnya dari Rp29 ribu hingga sekarang Rp60 ribu per kilogram. Kenaikan harga karena stok terbatas akibat banjir dan faktor Natal dan Tahun Baru yang biasanya juga lebih mahal,” ujar nya.
Lonjakan harga cabai kali ini terbilang signifikan. Sebelumnya, harga di tingkat petani hanya berkisar Rp16 ribu per kilogram, kemudian naik menjadi Rp45 ribu, hingga kini mencapai Rp60 ribu per kilogram.
Selain menghadapi cuaca ekstrem dan penyakit cakar daun, para petani juga mengeluhkan maraknya aksi pencurian cabai di lahan pertanian. Para pelaku bahkan nekat memotong batang tanaman sekaligus untuk membawa hasil panen, sehingga merugikan petani.
Langkah tumpang sari cabai dengan jeruk ini menjadi salah satu strategi petani untuk tetap bertahan di tengah ketidakpastian cuaca, tingginya biaya perawatan, serta fluktuasi harga pangan menjelang akhir tahun. (Fadillah Putri)
Editor : M Fakhrurrozi




















