Di era yang serba cepat dan dinamis ini, literasi bukan hanya sekadar kemampuan membaca dan menulis. Sejujurnya, literasi telah menjadi kebutuhan yang sangat penting untuk membekali generasi muda agar bisa berpikir kritis, bertindak bijak, dan mengambil keputusan yang tepat dalam kehidupan bermasyarakat.
Lebih dari itu, literasi juga berfungsi sebagai jembatan menuju pembentukan karakter. Salah satu aspek yang sangat penting saat ini adalah literasi kewargaan; yaitu kemampuan untuk memahami hak, kewajiban, dan posisi diri sebagai warga negara yang baik.
Menyadari betapa pentingnya hal ini, UPT SDN Karanglo 3 mengadakan kegiatan bertajuk “Wisata Literasi” pada 28 Oktober 2025 pukul 09.00 WIB. Kegiatan ini bertepatan dengan Hari Sumpah Pemuda, dan dirancang untuk memperkenalkan wawasan dasar mengenai kewargaan kepada siswa dari kelas 1 hingga kelas 6. Program ini merupakan bagian dari kegiatan kookurikuler sekolah, yang bertujuan untuk memperkaya pengalaman belajar siswa di luar pembelajaran inti.
Kegiatan “Wisata Literasi” bukan sekadar jalan-jalan edukatif; lebih dari itu, ini adalah ruang belajar aktif di mana siswa diajak untuk mengalami, bukan hanya mengamati. Pendekatan baru dalam mengajarkan konsep kewargaan yang sering dianggap abstrak ini menjadi pengalaman konkret dan menyenangkan bagi anak-anak.
Meneguhkan Semangat Kewargaan Sejak Dini;
Kesadaran kewargaan adalah salah satu kompetensi yang perlu ditanamkan sejak usia sekolah dasar. Kewargaan tidak hanya membahas rasa cinta tanah air, tetapi juga pengenalan terhadap struktur sosial yang paling dekat dengan kehidupan siswa: masyarakat desa dan kelurahan, perangkat pemerintah setempat, serta hak dan kewajiban yang dimiliki setiap warga.
Namun, entah kenapa, masih banyak siswa yang kurang memahami struktur pemerintahan di lingkungan mereka sendiri, apalagi tugas dan perannya. Ini menjadi keprihatinan bagi UPT SDN Karanglo 3, sehingga lahirlah gagasan untuk menanamkan pendidikan kewargaan sejak dini melalui metode belajar yang lebih relevan dengan kehidupan siswa.
Melalui Wisata Literasi, para guru berusaha menjembatani kesenjangan tersebut. Dengan konsep belajar langsung di luar kelas, siswa diajak untuk lebih mengenal lingkungan sosial dan pemerintahan di sekitar mereka. Pendekatan ini diyakini akan memudahkan siswa memahami konsep-konsep kewargaan yang mungkin sulit jika hanya dijelaskan di dalam ruang kelas. Kegiatan Kookurikuler sebagai Ruang Pembelajaran Bermakna; Selama ini, UPT SDN Karanglo 3 dikenal aktif mengembangkan kegiatan literasi dalam berbagai bentuk. Program literasi seperti membaca buku, diskusi kelompok, hingga kegiatan menulis kreatif telah menjadi bagian dari keseharian siswa. Namun, kegiatan Wisata Literasi ini adalah langkah terobosan yang baru.
Sebagai bagian dari program kookurikuler, kegiatan ini tidak berdiri sendiri, tetapi menjadi penopang pembelajaran reguler, terutama pada mata pelajaran Pendidikan Pancasila. Kookurikuler memiliki posisi strategis karena memadukan teori dengan praktik lapangan, sehingga hasil belajar siswa menjadi lebih komprehensif.
Menurut Moch. Chamim (Kepala UPT SDN Karanglo 3) yang membersamai kegiatan ini, Wisata Literasi tidak hanya bertujuan untuk menambah wawasan siswa, tetapi juga membentuk karakter kebangsaan yang kuat. Harapannya, ketika anak-anak dewasa dan memiliki peran penting di masyarakat, mereka sudah memahami dasar-dasar menjadi warga yang bertanggung jawab.
Momentum Hari Sumpah Pemuda sebagai Pengingat Peran Generasi Muda Tidak bisa dipungkiri, pemilihan tanggal 28 Oktober memiliki makna simbolis. Hari Sumpah Pemuda menjadi pengingat bahwa generasi muda memiliki peran penting dalam menjaga keutuhan bangsa. Melalui Wisata Literasi, UPT SDN Karanglo 3 ingin membangkitkan semangat siswa untuk mencintai bangsa, mulai dari mengenal lingkungan terdekat mereka. Kesadaran bahwa Indonesia adalah rumah bagi keberagaman dibangun dari lingkungan paling kecil: desa.
Dengan memahami struktur desa, siswa diharapkan dapat memahami bagaimana demokrasi bekerja di tingkat lokal. Meskipun masih berusia belia, siswa SD sudah dapat menghayati makna menjadi bagian dari bangsa Indonesia. Menjadi warga negara bukan hanya tentang menghafal Pancasila, tetapi juga menjalankan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya dalam kehidupan sehari-hari.
Serunya Wisata Literasi: Belajar Kewargaan Lewat Pengalaman
Pukul 08.30 WIB, siswa sudah berkumpul di halaman sekolah. Dengan rapi dan antusias, mereka bersiap mengikuti rangkaian kegiatan. Guru pendamping membagi siswa berdasarkan tingkat kelas, agar setiap kelompok mendapatkan pendampingan dan materi yang sesuai dengan usia dan kemampuan mereka. Kegiatan resmi dibuka oleh Kepala UPT SDN Karanglo 3 tepat pukul 09.00 WIB.
Dalam sambutan singkatnya, beliau menekankan pentingnya memahami kewargaan sebagai bekal memasuki era yang penuh tantangan. “Belajar tentang pemerintahan tidak harus selalu di kelas dan melalui buku. Melalui Wisata Literasi ini, kita belajar bersama memahami lingkungan kita sendiri,” ujarnya.
Siswa kemudian diajak mengunjungi kantor desa. Mereka diperkenalkan pada susunan pengurus desa, mulai dari kepala desa, sekretaris desa, bendahara, hingga perangkat yang bertanggung jawab di bidang-bidang tertentu. Dengan ramah, beberapa perangkat desa menyambut dan memberi penjelasan kepada siswa. Dari kunjungan tersebut, siswa memahami bahwa desa dan kelurahan memiliki perbedaan. Desa dipimpin oleh kepala desa yang dipilih langsung oleh warga, sedangkan kelurahan dipimpin oleh lurah yang diangkat pemerintah. Ini adalah pengetahuan yang sederhana, tetapi sangat krusial bagi siswa sekolah dasar.
Di kantor desa, siswa juga belajar tentang proses pelayanan publik. Mereka melihat cara pembuatan surat keterangan domisili, pengajuan bantuan, hingga cara kerja administrasi desa. Banyak siswa tampak antusias bertanya, mulai dari bagaimana menjadi kepala desa, hingga hal-hal sederhana seperti mengapa diperlukan KTP. Setelah sesi pemaparan, siswa diajak berkeliling lingkungan desa untuk memetakan fasilitas umum seperti balai desa, posyandu, dan tempat ibadah.
Melalui kegiatan observasi ini, mereka memahami bahwa fasilitas umum adalah hak yang harus dijaga bersama.Kepala Desa Karanglo; Bapak Suharum menyatakan bahwa, “Kegiatan seperti ini sangat bagus dilaksanakan di sekolah dasar. Anak-anak jadi lebih paham tugas perangkat desar dan tau pelayanan apa saja yang dilakukan di balai desa.” Dukungan Bapak Suharum dalam memfasilitasi ruangan di balai desa untuk berkegiatan anak-anak sungguh luar biasa. Kolaborasi pemerintah dalam kegiatan di sekolah akan mendukung perbaikan kualitas pembelajaran suatu Lembaga.
Kesimpulan: Wisata Literasi sebagai Katalisator Pembentukan Warga Muda yang Bertanggung Jawab
Wisata Literasi di UPT SDN Karanglo 3 merupakan bentuk nyata dari pendidikan bermakna. Kegiatan ini menjadi model pembelajaran yang mengintegrasikan pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Dengan memadukan observasi lapangan, diskusi, dan refleksi, siswa mendapatkan pengalaman belajar yang utuh. Kegiatan ini tidak hanya berhasil menambah pengetahuan mengenai kewargaan, tetapi juga membentuk karakter siswa sebagai warga negara yang bertanggung jawab.
Melalui Wisata Literasi, sekolah menunjukkan bahwa pendidikan kewargaan tidak harus disampaikan dengan cara yang kaku, melainkan dapat dikemas secara menarik, kreatif, dan menyenangkan. Ke depan, kegiatan serupa dapat dikembangkan lebih luas. Sekolah dapat mengajak siswa mengunjungi kelurahan, museum, dan lembaga publik lainnya.
Dengan demikian, literasi kewargaan dapat terus tumbuh dan menjadi budaya di lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat. Wisata Literasi bukan sekadar perjalanan; ia adalah perjalanan batin menuju kesadaran diri sebagai bagian dari masyarakat. Harapan terbesar adalah agar siswa tumbuh menjadi generasi yang tidak hanya cerdas, tetapi juga bijak, penuh empati, dan peduli terhadap lingkungan sosialnya. Dan inilah inti dari pendidikan: memanusiakan manusia.



















