Lebih dari 1 miliar orang di seluruh dunia menderita berbagai jenis gangguan penglihatan. Namun, sebenarnya banyak dari masalah penglihatan ini dapat diatasi apabila diketahui dan diobati sejak dini. Menurut World Health Organizaton (WHO), sekitar 19 juta anak di dunia mengalami gangguan penglihatan, dengan 12 juta di antaranya disebabkan oleh kelainan refraksi yang dapat diperbaiki dengan penggunaan kacamata yang tepat. Gangguan penglihatan yang tidak terdeteksi dapat berdampak signifikan pada perkembangan akademik, sosial, dan emosional anak.
Gangguan penglihatan pada masa anak-anak sering kali dapat diobati dan memiliki keberhasilan yang baik, namun membutuhkan pemeriksaan yang teliti dalam mendeteksinya, sehingga diperlukan kerja sama dan kesadaran khususnya para orangtua.
Apa saja masalah penglihatan yang sering terjadi pada anak?
Secara garis besar masalah penglihatan pada anak dibagi menjadi dua yaitu gangguan refraksi (kebutuhan menggunakan kacamata) dan gangguan non-refraksi.
1. Gangguan refraksi
- Myopia adalah gangguan penglihatan jauh.
- Hypermetropia adalah gangguan penglihatan dekat.
- Astigmatisma adalah gangguan yang disebabkan tidak normalnya bentuk kornea sehingga mengurangi fungsi penglihatan.
- Ambliopia/ mata malas adalah berkurangnya kemampuan penglihatan pada satu mata, namun juga dapat terjadi pada kedua mata. Kondisi ini terjadi karena saraf mata tidak mendapat rangsangan visual yang memadai. Ambliopia dapat dicegah jika penyebab yang mendasari segera diterapi sebelum anak usia 6 tahun.
- Strabismus/Juling adalah kondisi dimana terdapat ketidaksejajaran antar kedua mata yang dapat mempengaruhi anak secara kosmetik maupun fungsional
2.Gangguan non-refraksi, antara lain:
- Glaukoma adalah gangguan regulasi cairan di dalam mata sehingga dapat meningkatkan tekanan pada bola mata yang berakibat kerusakan pada saraf mata. Glaukoma yang disebabkan kelainan bawaan memiliki gejala khas yaitu mata berair, sangat silau saat terkena cahaya, dan susah membuka mata. Gejala lain yang dapat menyertai adalah mata merah, kekeruhan dan pembesaran selaput bening (kornea).
- Katarak adalah kekeruhan yang terjadi pada lensa mata, pada anak seringkali penyakit ini merupakan kelainan bawaan sejak lahir. oRetinoblastoma adalah kanker/keganasan pada retina atau saraf mata ditandai dengan “mata kucing” yang dapat terlihat saat anak difoto dengan flash kamera tampak pantulan pada manik mata.
- Kelainan kelopak mata, perkembangan bagian mata yang tidak sempurna karena kelainan bawaan.
- Sumbatan saluran air mata yang sering ditandai dengan keluar air mata atau kotoran mata pada bayi.
Apa saja tanda-tanda anak mengalami masalah pada penglihatan?
- Duduk terlalu dekat pada saat menonton TV atau memegang buku terlalu dekat.
- Kesulitan mengikuti objek yang bergerak.
- Menoleh saat melihat benda (benda berada di depan tetapi anak menoleh ke samping untuk melihat lebih jelas dari sudut mata).
- Mata merah berulang.
- Kedua mata tidak sejajar (juling).
- Sering menyipitkan mata (Squinting eyes).
- Bercak kehitaman atau keputihan pada mata.
- Sensitif terhadap cahaya terang.
- Nyeri kepala atau nyeri pada mata.
- Mengucek mata secara konstan/terus menerus.
Kapan sebaiknya melakukan pemeriksaan/skrining mata pada anak?
The American Academy of Ophthalmology dan the American Association for Pediatric Ophthalmology and Strabismus merekomendasikan pemeriksaan mata pada:
1.Bayi baru lahir hingga usia 12 bulan
Pada usia ini penting untuk memeriksakan kondisi mata, kelopak mata, kondisi manik mata dan gerak mata, terutama pada bayi prematur untuk memastikan ada tidaknya kelainan bawaan pada mata.
2.Usia 12-36 Bulan
Pada usia ini kita dapat mengevaluasi kemampuan melihat pada anak dan resiko adanya ambliopia atau mata malas.
3.Usia 36 bulan – 5 tahun
Pada usia ini perlu dievaluasi kesejajaran mata dan kemampuan penglihatan, untuk mengetahui adanya kelainan seperti strabismus, ambliopia, gangguan refraksi atau gangguan fokus penglihatan yang lain.
4.5 tahun dan seterusnya
Pada usia ini akan dilakukan skrining ketajaman penglihatan dan kesejajaran kedua mata. Kemudian skrining dapat diulangi setiap satu atau dua tahun sekali setelah usia 5 tahun.
Skrining mata pada anak merupakan langkah krusial dalam mendeteksi gangguan penglihatan sejak dini dan mencegah dampak negatif jangka panjang. Banyak masalah penglihatan yang tidak memiliki gejala yang jelas dan hanya dapat dideteksi melalui pemeriksaan mata menyeluruh, apalagi dengan semakin majunya era digital ini paparan layar elektronik seperti televisi, komputer, dan perangkat seluler secara terus-menerus dapat meningkatkan risiko gangguan mata pada anak. Sehingga pentingnya melakukan pemeriksaan ke dokter spesialis mata untuk skrining dan tatalaksana secara akurat dan sedini mungkin jika didapatkan kelainan. Sumber:
1.Mayo Clinic Health System. 2021. Caring for your child’s eyes. Available at : https://www.mayoclinichealthsystem.org/hometown-health/speaking-of-health/caring-for-your-childs-eyes
2.Cleveland Clinic Abu Dhabi. 2022. How to Spot Vision Problems in Children. Available at : https://www.clevelandclinicabudhabi.ae/en/health-byte/eye-health/how-to-spot-vision-problems-in-children
3.Department of Ophthalmology Boston Children’s Hospital. 2022. Vision Problems. Available at : https://www.childrenshospital.org/conditions/vision-problems
4.Sefianti, Amanda Vivi, Anni Hawa, and Alexei Blagov. "Strategi Menjaga Kesehatan Mata Anak SD Di Era Digital." JANACITTA 6.2 (2023): 134-144.
5.World Health Organization. 2019. World Report on Vision. Diakses dari WHO.int.
6.Hered, R.W., Archer, S.M., Braverman, R.S., et al. 2020. Basic and Clinical Science Course : Pediatric Ophthalmology and Strabismus. Page 277