TULUNGAGUNG - Pabrik Gula (PG) Modjopanggoong di Kabupaten Tulungagung menerapkan sistem penjualan gula yang tidak biasa. Alih-alih melelang hasil produksinya, pabrik menyerahkan sepenuhnya gula hasil giling kepada petani tebu untuk dijual secara mandiri.
Kebijakan ini tercatat efektif dalam menyerap produksi gula pabrik yang hingga pertengahan Agustus 2025 telah mencapai 14.824 ton. Gula tersebut berasal dari pengolahan sekitar 231.000 ton tebu selama 85 hari masa giling.
General Manager PG Modjopanggoong, Sugiyanto, menjelaskan bahwa sistem ini memberikan keleluasaan bagi petani. "Saat ini harga gula dari pabrik berkisar Rp 14.500 per kilogram. Namun, sebagian besar gula sudah berada di tangan petani, sehingga proses jual beli lebih banyak terjadi di tingkat masyarakat," ujar Sugiyanto.
Menurutnya, sistem ini sekaligus memudahkan petani dalam memenuhi kebutuhan hidup dan melakukan pembayaran kepada tenaga panen.
Baca Juga : Produksi Gula PG Modjopanggoong 2025 Kurang Optimal, Cuaca Jadi Penyebab Utama
Kebijakan penyerahan penjualan kepada petani dinilai cocok dengan kondisi pasar lokal Tulungagung yang relatif besar dan ditopang oleh UMKM yang masih berjalan dengan baik, sehingga permintaan gula tetap tinggi.
Namun, Sugiyanto menegaskan bahwa sistem tersebut belum tentu dapat diterapkan di pabrik gula lain karena sangat bergantung pada kondisi lokal yang berbeda.
Di balik angka produksi yang tinggi, PG Modjopanggoong menghadapi tantangan berupa penurunan rendemen. Rata-rata rendemen tahun ini hanya berada di angka 6,5%, turun dari tahun sebelumnya yang mencapai 8%. Penurunan ini diduga kuat dipengaruhi oleh faktor cuaca, mengingat tahun ini termasuk dalam kategori kemarau basah.
Baca Juga : Tempat Produksi Meja Biliar di Tulungagung Ludes Terbakar, Kerugian Capai 100 Juta
Sebagian besar bahan baku tebu berasal dari petani lokal Tulungagung, dengan tambahan pasokan dari wilayah Blitar dan Trenggalek. (Agus Bondan/Beny Setiawan)
Editor : JTV Kediri