TULUNGAGUNG - Inovasi dalam bidang pertanian kembali ditunjukkan oleh generasi muda. Hanggi Chendras Yusak, seorang pemuda dari Desa Pinggirsari, Kecamatan Ngantru, Tulungagung, sukses mengembangkan budidaya melon premium jenis Honey Globe dengan memanfaatkan teknik hidroponik.
Budidaya seribu batang melon ini dilakukan di dalam green house yang terletak di belakang rumahnya. Hanggi menerapkan metode Nutrient Film Technique (NFT), sebuah sistem hidroponik di mana tanaman tidak ditanam di tanah, melainkan pada aliran air yang telah terintegrasi dengan nutrisi.
"Dalam pertanian hidroponik ini, kami memberikan pasokan nutrisi berupa pupuk cair atau AB Mix," jelas Hanggi.
Teknik ini terbukti efektif dengan tingkat keberhasilan yang dapat mencapai 80 persen. Untuk memastikan buah tumbuh maksimal, dalam satu batang tanaman hanya disisakan satu buah melon saja. Dari masa tanam hingga panen, proses produksi melon premium ini membutuhkan waktu sekitar 65 hari.
Baca Juga : Petani Milenial Sumenep Raih Omzet Jutaan Rupiah dengan Berkebun Selada
Meski terdengar modern, Hanggi menekankan bahwa budidaya hidroponik memerlukan ketelatenan. Beberapa hal kritis yang harus terus dipantau antara lain menjaga kadar keasaman air (pH) dan mengantisipasi serangan jamur Fusarium.
Selama hampir dua tahun menekuni bidang ini, Hanngi telah mencapai lima kali masa panen. Upaya budidaya melon premium ini sengaja dipilih karena memiliki nilai jual yang lebih tinggi dibandingkan dengan metode tanam konvensional. Melon Honey Globe hasil kebunnya dijual dengan harga mulai dari Rp 25.000 hingga Rp 30.000 per kilogram.
"Melon premium memiliki pangsa pasar untuk kalangan menengah ke atas," ujar Hanggi.
Baca Juga : Lahan Sempit, Untag Surabaya Bangun Kebun Hidroponik di Rooftop
Ke depannya, petani muda ini berencana untuk mengembangkan lahannya tidak hanya sebagai tempat produksi, tetapi juga sebagai kawasan wisata edukasi. Dengan demikian, diharapkan dapat membuka wawasan masyarakat tentang pertanian modern sekaligus meningkatkan perekonomian petani lokal. (Agus Bondan/Beny Setiawan)
Editor : JTV Kediri




















