GRESIK - Perjalanan panjang ditempuh Mohammad Hairi bin Mustofa, pemuda asal Tampines, Singapura. Ia bersepeda ribuan kilometer, demi satu tujuan menemukan jejak keluarga almarhum ayahnya di Pulau Bawean, Gresik.
Ayahnya, Mustofa bin Maswari, telah meninggal dunia tiga puluh tahun yang lalu, ketika Hairi baru berusia 11 tahun. Sejak itu, ia tak pernah tahu di mana asal kampung sang ayah. Satu yang ia tahu, ayahnya berasal dari Bawean.
Dengan harapan menyambung silaturahmi yang telah terputus tiga dekade, Hairi memulai perjalanan seorang diri sejak pertengahan Juni lalu. Ia gowes dari Jakarta, melintasi Pulau Jawa bagian selatan hingga Surabaya dan Gresik. Setelah itu, ia menyeberang ke Bawean dan tinggal di sana selama tiga hari.
Selama di Bawean, Hairi berkeliling kampung demi kampung. Ia menanyakan nama dan asal-usul sang ayah kepada warga setempat. Namun, keterbatasan informasi membuat pencariannya belum membuahkan hasil.
Baca Juga : Kontroversi Ibu Kota Negara Baru: Peluang atau Ancaman bagi Lingkungan?
“Saya hanya tahu nama ayah saya. Tidak tahu alamat atau nama kampung asalnya,” ujar Hairi.
Meski belum menemukan jejak keluarga, Hairi mengaku kunjungannya ke Bawean menjadi pengalaman yang sangat berkesan. Ini adalah kali pertama ia menginjakkan kaki di pulau tersebut. Selama perjalanan panjangnya, ia tak mengalami kendala berarti. Bahkan, ia merasa banyak dipertemukan dengan orang-orang baik yang membantu dan menemaninya.
Baca Juga : Kongres Biasa PSSI 2024 akan Diikuti 87 Delegasi, Ini Agendanya
"Alhamdulillah, perjalanan saya lancar tanpa kendala. Semua terasa diberkahi oleh Allah. Saya dipertemukan dengan orang-orang hebat dan ramah," ungkapnya.
Hairi bertekad akan kembali lagi ke Bawean tahun depan, dengan harapan lebih banyak petunjuk dapat mengarahkannya pada akar keluarganya.
Dari Jakarta menuju Bawean, ia menempuh rute selatan Pulau Jawa. Untuk perjalanan pulang, ia merencanakan jalur berbeda: gowes melalui jalur utara, menyusuri garis pantai utara Jawa. (*)
Editor : A. Ramadhan