SURABAYA - Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya membatalkan rencana pembangunan Mass Rapid Transit atau Moda Raya terpadu (MRT). Keputusan itu diambil setelah Pemkot melakukan kajian dengan DPRD dan tenaga ahli.
Menurut walikota Surabaya, Eri Cahyadi salah satu pertimbangan dibatalkannya pembangunan MRT karena masalah biaya. Di sisi lain, kehadiran moda transportasi tersebut dinilai tidak akan menarik banyak penumpang.
"Ketika kami membangun MRT, kalau membangun MRT hanya di dalam kota, selesai," ungkap Eri Cahyadi kepada awak media, Senin (23/10/2023).
"Kedua, yang naik juga nggak ada," imbuh mantan Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Kota kota Surabaya tersebut.
Baca Juga : Aktivis Buruh Surabaya Divonis 4 Bulan Penjara dengan Masa Percobaan 8 Bulan
Kehadiran MRT juga dianggap tidak akan menjadi solusi kemacetan di Surabaya. Karena tingginya volume kendaraan yang berada di Kota Pahlawan berasal dari kota tetangga seperti Gresik, Sidoarjo dan Lamongan.
Fakta tersebut berdasar hasil kajian dari Kementerian Perhubungan. Sehingga, apabila MRT tetap ingin direalisasikan harus bisa menyambungkan beberapa kota seperti yang ada di Jakarta.
"Kalau hitungannya lokal Surabaya saja tidak ada yang naik karena di Surabaya ini jumlah kendaraan dan warga masih tertampung dengan ruas jalan," sambungnya.
Baca Juga : Distrik Metropolitan, Kedai Bernuansa Retro dan Vintage dengan Interior Pecinan yang Khas
Sementara itu, setelah dipastikan membatalkan rencana pembangunan MRT, Pemkot Surabaya akan memaksimalkan moda transportasi yang ada untuk mengurangi kemacetan. Seperti penambahan feeder dan Suroboyo Bus.(top)
Editor : A.M Azany