BLITAR - Usia senja tidak menyurutkan semangat Asbani (70), warga Kelurahan Bendo, Kecamatan Kepanjenkidul, Kota Blitar. Ia merupakan satu-satunya pengrajin payung kertas untuk keperluan pemakaman yang masih bertahan di Kota tersebut.
Berkilau oleh sinar matahari sore, tangan renta Mbah Bani (sapaan akrab Asbani) dengan cekatan merakit rangka dan merekatkan kertas minyak berwarna. Di kediamannya yang sederhana, ia setia menekuni usahanya sejak empat tahun terakhir.
“Ini untuk mengisi waktu luang, sekaligus menabung untuk kebutuhan sehari-hari,” ujar kakek tiga anak itu.
Aktivitasnya tidak pernah sepi pesanan. Pelanggan dari berbagai Kota seperti Tulungagung, Kediri, Blitar, hingga Surabaya rutin memesan hasil karyanya. Dalam sebulan, ia bisa membuat hingga 350 payung.
Baca Juga : Harga Kentang Melejit, Enam Karung Ludes Digondol Maling di Kota Blitar
Proses pembuatannya membutuhkan ketelatenan. Dimulai dengan mempersiapkan gagang payung dari kayu bubut, kemudian membuat ‘pangkon’ (kerangka), dan merakitnya. Setelah diberi kertas minyak khusus, Mbah Bani mewarnainya menggunakan kompresor mesin untuk mempersingkat waktu.
Dijual dengan harga Rp. 10.000 per buah, payung kertas buatannya tidak hanya sekadar kerajinan, tetapi juga menjadi penghubungnya dengan dunia luar dan warisan budaya kerajinan tangan yang mulai langka. (Qithfirul Aziz)
Editor : JTV Kediri



















