PASURUAN - Jamu Bonagung, minuman legendaris khas Kota Pasuruan, kini kembali diminati masyarakat setelah sempat jarang terdengar. Minuman tradisional yang dulunya hanya muncul saat bulan Ramadan itu kini hadir sepanjang tahun berkat inovasi seorang ibu rumah tangga asal Kelurahan Tembokrejo, Kecamatan Purworejo, Pasuruan.
Adalah Midiawati, sosok di balik kebangkitan Jamu Bonagung. Sejak 2018, ia mencoba meracik jamu ini kembali karena prihatin melihat keberadaannya yang makin langka.
"Saya tergerak karena melihat jamu Bonagung tidak selalu ada di pasaran. Biasanya hanya muncul saat puasa dan Lebaran. Bagaimana bisa dikenal luas kalau tidak tersedia setiap hari," ujarnya.
Awalnya jamu buatannya hanya dijual kepada tetangga dan teman dekat. Kini usahana berkembang pesat setelah ia berinovasi mengemas jamu Bonagung dalam bentuk sirup siap saji.
Baca Juga : Jamu Kencur Dapat Meredakan Batuk, Ini Manfaat dan Cara Meraciknya
Inovasi itu mendapat sambutan positif. Produk Jamu Bonagung kini dikenal tidak hanya di Pasuruan, tetapi juga merambah ke Probolinggo hingga Malang. Kemasan praktis membuat jamu tradisional ini lebih mudah diterima masyarakat modern.
Bahan dasar jamu Bonagung terbuat dari rempah pilihan seperti lada, kayu manis, kapulaga, bunga pala, cengkeh, cabe jamu, sereh, dan gula jawa. Semua bahan dimasak bersama, kemudian airnya disaring dan dikemas dalam botol.
Baca Juga : Perkuat Imunitas Tubuh dengan Minuman Herbal di Cuaca yang Tidak Menentu
Selain menjaga warisan tradisional, Midiawati juga menyesuaikan produknya dengan selera konsumen masa kini. "Untuk mengimbangi keinginan konsumen, kami juga membuat variasi lain seperti sirup sinom, sirup temulawak, minuman sinom, dan beras kencur. Jadi pembeli yang datang tidak hanya mencari jamu Bonagung saja," tutur Midiawati.
Harga produknya cukup terjangkau. Sirup jamu dijual Rp38.000–Rp40.000 per botol ukuran 500 ml, sedangkan jamu siap minum dibanderol Rp5.000–Rp10.000. Dari usahanya ini, Midiawati mampu meraih omzet hingga Rp4 juta per bulan.
Kisah Midiawati membuktikan, dengan inovasi dan ketekunan, warisan kuliner tradisional bisa kembali berjaya sekaligus memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat. (Nevenia)
Editor : M Fakhrurrozi