KOTA MALANG - Pusat Riset Smart Green Energy (SGE) Politeknik Negeri Malang (Polinema) menghadirkan terobosan baru dalam ajang Inovasi Sains dan Teknologi Terapan (INSAINTEK) 2025. Event bertajuk "Harmoni Budaya Lokal dan Teknologi Baru Terbarukan" ini berlangsung di Taman Wisata Pemandian Alam Sumberingin, Desa Wringinsongo, Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang, pada Minggu pagi (16/11/2025).
Acara yang dikemas bernuansa alam ini dihadiri oleh 50 siswa dari SD Negeri Wringinsongo, guru, perangkat desa, Direktur Polinema, perwakilan Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Tekknologi (Kemendikti Sains Teknologi), serta Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis).

Masyarakat setempat pun perlahan mulai menikmati energi bersih dari sinar matahari, berkat tangan dingin para dosen dan mahasiswa Polinema yang hadir membawa perubahan nyata melalui program pengabdian masyarakat. Inisiatif ini merupakan bentuk komitmen Polinema dalam mendukung terwujudnya desa mandiri energi dan ekonomi berbasis potensi lokal.
Direktur Politeknik Negeri Malang, Supriatna Adhisuwignjo, dalam sambutannya menyampaikan harapannya agar Polinema dapat memberikan manfaat bagi kemajuan bangsa.

"Sebagai lembaga pendidikan tinggi vokasi yang unggul, inovatif, dan berdaya saing global, Polinema berupaya untuk menghadirkan pendidikan yang berkualitas serta mendukung penelitian terapan dan pengabdian masyarakat untuk kesejahteraan masyarakat," ujarnya.
Sementara itu, Arif Hidayat, perwakilan Kemendikti Sains Teknologi, menegaskan bahwa program INSAINTEK bertujuan untuk memajukan desa binaan Polinema.
"Program ini tak lain adalah untuk mewujudkan Desa Wringinsongo menjadi kawasan mandiri energi. Diharapkan program INSAINTEK ini dapat bermanfaat bagi masyarakat luas," jelas Arif.

Apresiasi juga datang dari Danramil Tumpang, Kapten Infanteri Mujiono, yang menyambut baik penguatan edukasi energi dan lingkungan di Desa Wringinsongo.
Sebagai desa binaan Polinema, Pemandian Alam Sumberingin merasakan langsung manfaat nyata dari penerapan teknologi energi terbarukan. Panel surya yang terpasang di beberapa titik lokasi wisata selama kurang lebih lima tahun tetap berfungsi dengan baik.
"Ketika ada kendala sifatnya hanya ringan, cukup dibersihkan permukaan panel surya, lampu penerangan berbasis PLTS tersebut bisa normal menyala kembali," ujar kepala desa wringinsongo, Heri Firmansyah
Kemampuan pembangkitan energi listrik dari sistem panel surya rata-rata mencapai 160 Watt per hari untuk 12 jam pemakaian pada kondisi cerah. Pada malam hari, PLTS dapat digunakan untuk menyalakan 10 unit lampu penerangan masing-masing 15 Watt selama 12 jam per hari.

Berkat optimalisasi PLTS berkapasitas 6600 WP yang mampu menghasilkan listrik sebesar 18,5 KWh per hari, suasana kawasan wisata pun berubah. Dulu hanya ramai pada siang hari, kini lampu-lampu hias menyala indah menyambut wisatawan yang ingin menikmati suasana malam, termasuk mendukung area glamping yang menjadi daya tarik baru.
Acara yang diawali dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya dan penampilan tari dari Sanggar Tari Srikandi ini juga diisi dengan kegiatan edukasi bagi siswa-siswi SDN 1 dan 2 Wringinsongo. Sebanyak 50 anak-anak terlihat antusias dan bersemangat dalam edukasi merakit robot kit yang dapat berfungsi sebagai turbin atau motor listrik dengan mengandalkan panel surya kecil.
Secara simbolis, Polinema juga menyerahkan bantuan panel surya atau LED Solar Light kepada perwakilan dari SD Negeri 1 dan 2 Desa Wringinsongo. Kegiatan ini merupakan bentuk implementasi riset yang langsung dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.
Acara ditutup dengan kegiatan keliling lokasi oleh Direktur Polinema yang didampingi perwakilan Kemendikti Sains Teknologi untuk meninjau langsung sejumlah panel surya dan PLTS yang terpasang, menandakan komitmen berkelanjutan dalam mewujudkan kemandirian energi.(Ams)
Editor : JTV Malang




















