TRENGGALEK - Lebih dari 50 persen pasar tradisional di Kabupaten Trenggalek dinilai memerlukan revitalisasi. Namun, Pemkab Trenggalek tidak memiliki anggaran khusus untuk menjalankan program tersebut.

Berdasarkan data dari Dinas Koperasi Usaha Mikro dan Perdagangan (Diskomindag) Trenggalek, dari total 23 pasar tradisional yang ada, sekitar 50 persen di antaranya membutuhkan perbaikan dan pembenahan secara menyeluruh.

"Pemkab Trenggalek tidak memiliki anggaran untuk pelaksanaan revitalisasi pasar," ujar Saniran, Kepala Diskomindag Trenggalek.

Untuk mengatasi kendala anggaran ini, Pemkab Trenggalek telah berupaya mengajukan proposal revitalisasi ke Pemerintah Pusat. Harapannya, Pemerintah Pusat dapat memberikan Dana Alokasi Khusus (DAK) untuk merevitalisasi pasar-pasar yang rusak.

Baca Juga :   Menko AHY Tinjau Revitalisasi Asrama Inggrisan dan Pasar Banyuwangi jadi Kawasan Heritage

Sayangnya, selama dua tahun terakhir, Trenggalek tidak menerima DAK untuk bidang tersebut. Salah satu syarat utama penerimaan DAK Revitalisasi Pasar adalah memiliki pasar tematik, sesuatu yang belum dimiliki oleh Trenggalek.

"Karena salah satu syarat penerimaan DAK adalah memiliki pasar tematik, dan di Trenggalek belum memiliki pasar tematik," jelas Saniran.

Sebagai langkah alternatif, Diskomindag Trenggalek melakukan perbaikan skala kecil dengan memanfaatkan dana dari penerimaan retribusi pasar. Meski terbatas, upaya ini diharapkan dapat mengatasi kerusakan-kerusakan yang mendesak.

Baca Juga :   Pedagang Pasar Sayur Magetan Khawatir Penjualan Menurun Pasca Revitalisasi

Di tengah berbagai keterbatasan, Diskomindag Trenggalek tetap berkomitmen untuk memperjuangkan nasib pasar tradisional. Mereka berencana akan kembali mengajukan usulan revitalisasi pasar tradisional kepada Pemerintah Pusat pada tahun 2026 mendatang.

"Meski cukup sulit, Diskomindag Trenggalek tetap berupaya mengusulkan revitalisasi pasar tradisional kepada pemerintah pusat pada tahun 2026 mendatang," pungkas Saniran. (Simon Bagus & Hammam Defa)