Computer Vision Syndrome (CVS) adalah kondisi yang mencakup gangguan mata dan penglihatan yang berkaitan dengan penggunaan komputer dan perangkat digital lainnya secara terus-menerus dalam waktu lama. Gejala CVS dapat bersifat visual (seperti mata kabur dan mata kering) maupun non-visual (seperti sakit kepala dan nyeri leher).
CVS bukan merupakan penyakit baru, tetapi kini menjadi lebih umum. Berdasarkan data AOA, sekitar 50-90% pengguna komputer mengalami gejala CVS, dan kondisi ini lebih sering terjadi pada individu usia produktif. Studi oleh Reddy et al. (2013) menunjukkan bahwa mahasiswa yang menggunakan komputer lebih dari 4 jam per hari memiliki risiko signifikan mengalami CVS. Di Indonesia, studi oleh Indrawati et al. (2020) melaporkan bahwa 70% mahasiswa mengalami gejala CVS, terutama mereka yang belajar daring selama pandemi COVID-19. 1. Patofisiologi dan Faktor Risiko
Secara patofisiologis, CVS terjadi karena mata harus bekerja lebih keras saat melihat layar digital dibanding saat membaca cetakan. Beberapa penyebabnya meliputi:
- Menurunnya frekuensi berkedip: Saat menatap layar, frekuensi berkedip menurun hingga 66%, yang mengakibatkan penguapan air mata lebih cepat dan menyebabkan mata kering.
- Pencahayaan layar yang tidak stabil dan refleksi cahaya
- Postur tubuh yang buruk saat menggunakan perangkat digital
- Penggunaan font kecil atau kontras rendah
- Koreksi penglihatan yang tidak memadai (misalnya, kacamata yang sudah tidak sesuai)
Faktor risiko CVS meliputi:
- Durasi penggunaan layar > 2 jam tanpa jeda
- Posisi layar terlalu dekat, terlalu tinggi/rendah
- Pencahayaan sekitar ruangan yang tidak optimal
- Gangguan refraksi yang tidak terkoreksi (Stangos et al., 2021; Sheppard & Wolffsohn, 2018)
2. Gejala Klinis
Gejala CVS dapat bervariasi pada tiap individu, namun secara umum dikelompokkan menjadi dua kategori utama:
A. Gejala Visual:
- Pandangan kabur (blurred vision)
- Kesulitan fokus saat berpindah pandangan antara layar dan benda lain
- Mata kering atau berair
- Mata terasa terbakar atau panas
B. Gejala Sistemik dan Muskuloskeletal:
- Sakit kepala, terutama di area dahi dan pelipis
- Nyeri pada leher dan bahu
- Sensasi berat pada mata
- Kelelahan umum
3. Pencegahan dan Tata laksana
Pencegahan CVS lebih ditekankan pada modifikasi kebiasaan dan lingkungan kerja. Beberapa strategi penting meliputi:
- Setiap 20 menit, alihkan pandangan sejauh 20 kaki (6 meter) selama minimal 20 detik
- Layar idealnya sejauh 50–70 cm dari mata dan sedikit di bawah garis pandang horizontal
- Mengatur pencahayaan ruangan untuk menghindari silau
- Menggunakan kacamata komputer dengan filter anti-sinar biru (blue light filter)
- Menggunakan tetes mata buatan (artificial tears) untuk mengatasi mata kering
- Memperhatikan ergonomi tempat duduk dan meja kerja
- Istirahat total dari layar minimal 5-10 menit setiap 1 jam
Bila gejala berat atau menetap, perlu evaluasi lanjutan oleh dokter mata.
Computer Vision Syndrome adalah masalah kesehatan mata yang kian penting di era digital saat ini. Meskipun tidak menyebabkan kebutaan atau kerusakan mata permanen, CVS dapat sangat mengganggu aktivitas sehari-hari dan menurunkan kualitas hidup. Peningkatan kesadaran masyarakat, modifikasi perilaku, serta penyesuaian lingkungan kerja merupakan kunci utama dalam pencegahan dan pengendalian CVS. Peran aktif tenaga medis, pendidik, dan pembuat kebijakan sangat dibutuhkan untuk menjadikan isu ini sebagai bagian dari agenda kesehatan masyarakat. (*)