BANYUWANGI - Sebanyak 51 guru dari jenjang SD dan SMP di Banyuwangi mengikuti kegiatan Bimbingan Teknis (Bimtek) Guru Master Bahasa Jawa Dialek Using. Kegiatan ini diselenggarakan oleh Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur (BBP Jatim) melalui Tim Kerja Pemodernan dan Pelindungan Bahasa dan Sastra (Molinbastra), selama lima hari, 16–20 Juni 2025, di Aula Universitas 17 Agustus 1945 Banyuwangi.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program prioritas nasional Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa untuk melestarikan bahasa daerah yang semakin tergerus oleh zaman. Para peserta terdiri atas 26 guru Sekolah Dasar dan 25 guru Sekolah Menengah Pertama dari berbagai wilayah di Kabupaten Banyuwangi.
Kepala BBP Jatim, Dr. Puji Retno Hardiningtyas, membuka kegiatan secara resmi dan menyampaikan pentingnya peran guru dalam menjaga eksistensi bahasa daerah. Ia mengatakan bahwa saat ini banyak bahasa daerah berada dalam kondisi yang mengkhawatirkan karena kurangnya regenerasi penutur.
“Revitalisasi bahasa bukan hanya soal mempertahankan tuturan, tetapi juga menghidupkan kembali kebanggaan kolektif terhadap bahasa ibu. Tujuan utama kegiatan ini adalah agar generasi muda tidak malu menuturkan bahasa daerahnya sendiri. Bahasa Using adalah identitas kultural yang patut dibanggakan, bukan disingkirkan. Oleh karena itu, kami berharap para guru menjadi ujung tombak dalam pembiasaan penggunaan bahasa Using di sekolah-sekolah,” ujar Retno.
Senada dengan itu, Sekretaris Dinas Pendidikan Kabupaten Banyuwangi, Dr. Alfian, M.Pd., yang hadir mewakili Kepala Dinas, memberikan apresiasi atas inisiatif BBP Jatim. Ia menilai kegiatan ini sangat relevan dengan kebutuhan pelestarian budaya lokal.
“Bahasa Using bukan sekadar alat komunikasi, tetapi juga bagian dari jati diri masyarakat Banyuwangi. Kita tidak boleh membiarkan generasi mendatang kehilangan akar budaya mereka hanya karena kita lalai mengajarkannya hari ini. Pendidikan dasar adalah fondasi utama dalam menanamkan nilai-nilai tersebut,” tegas Alfian.
Usai pembukaan, peserta menerima materi tentang arah kebijakan bahasa dan sastra, serta sosialisasi Permendikdasmen Nomor 2 Tahun 2025. Retno menjelaskan bahwa aturan baru tersebut menempatkan bahasa daerah sebagai elemen penting dalam sistem pendidikan nasional, terutama melalui penguatan kurikulum muatan lokal.
Ia juga mengutip data dari Risalah Kebijakan Badan Bahasa tahun 2019 yang menyebutkan sejumlah bahasa daerah di Indonesia telah masuk kategori kritis, bahkan punah, akibat sikap negatif penutur, migrasi, urbanisasi, dan kebijakan yang belum berpihak pada pelestarian bahasa.
Pada sesi berikutnya, peserta mendapatkan pelatihan menulis cerpen dari Nur Holipah, S.Pd., maestro cerpen lokal. Ia memberikan kiat praktis menulis cerita pendek yang dekat dengan budaya daerah. Dalam materinya, ia menekankan pentingnya mengeksplorasi latar lokal dan menggunakan bahasa yang komunikatif.
“Tulislah dari apa yang kamu kenal. Eksplorasi latar lokal bisa memperkaya cerita, dan jangan membuat cerita terasa menggurui. Biarkan pesan mengalir lewat alur yang hidup dan kalimat yang luwes,” tutur Nur Holipah.
Bimtek ini tidak hanya menjadi pelatihan teknis, tetapi juga bagian dari gerakan strategis menumbuhkan kembali kebanggaan terhadap bahasa Using di kalangan generasi muda. Melalui para guru yang telah dibekali pelatihan, diharapkan bahasa Using bisa terus hidup dalam kehidupan sehari-hari, dunia pendidikan, hingga ekspresi seni.
Kegiatan ini juga menjadi contoh nyata kolaborasi antara pemerintah pusat dan daerah dalam pelestarian bahasa daerah yang berakar kuat pada budaya lokal, namun tetap adaptif terhadap dinamika global. (*)
Editor : A. Ramadhan