BONDOWOSO - Harga tembakau di Kabupaten Bondowoso turun drastis hingga 30 persen. Kondisi ini diduga dipicu kemarau basah yang membuat kualitas panen menurun, ditambah pasar yang sempit dan mutu hasil produksi yang tidak maksimal.
Ketua Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Kabupaten Bondowoso, Muhamad Yasid, menyebut harga tahun ini jauh di bawah tahun lalu.
“Kalau tahun 2024 harga tertinggi tembakau bisa mencapai Rp 70 ribu sampai Rp 75 ribu per kilogram, sekarang untuk rajang hanya Rp 30 ribu sampai Rp 60 ribu per kilogram. Sedangkan krosok yang dulu Rp 80 ribu, kini tinggal Rp 60 ribu per kilogram,” jelasnya.
Ia menambahkan, penurunan kualitas tembakau terjadi karena cuaca tidak mendukung proses penjemuran.
Baca Juga : Musim Kemarau Basah Melanda Indonesia, Sampai Kapan dan Apa Dampaknya?
“Saat penjemuran, panas matahari tidak maksimal sehingga kualitas tembakau kurang bagus. Inilah yang membuat harga turun,” kata Yasid.
Menurutnya, faktor penyebab anjloknya harga tembakau tahun ini bukan hanya iklim, tetapi juga kondisi pasar.
“Harga turun sekitar 30 persen, faktor utama memang iklim, kemudian pasar yang sempit, dan juga kualitas tembakau itu sendiri,” tegasnya.
Dengan kondisi tersebut, petani tembakau di Bondowoso kini harus menghadapi hasil panen yang tidak sebanding dengan biaya produksi. Mereka berharap ada solusi jangka panjang dari pemerintah maupun pihak terkait untuk menjaga kestabilan harga dan mengantisipasi dampak perubahan iklim yang semakin terasa. (Rizqi Setiawan/Fadillah Putri)
Editor : M Fakhrurrozi